#under_header{ margin:10px 0; padding:1%; width:100%; } expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

tulisan berjalan

Rabu, 15 Januari 2014

Penyakit Musim Hujan yang Harus Diwaspadai dan Langkah Antisipasinya

Selama musim hujan khususnya dengan curah hujan tinggi dan mengakibatkan banjir, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap penyakit yang biasa muncul. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, menyebutkan ada 7 penyakit penyakit, yaitu Diare, Demam Berdarah, Leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Penyakit kulit, Penyakit saluran cerna lain, dan Perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita.
Penyakit Diare sangat erat kaitanya dengan kebersihan individu (personal hygiene). Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi maka potensi banjir meningkat. Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar. Di samping itu pada saat banjir biasanya akan terjadi pengungsian di mana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Itu semua menjadi potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.
“Masyarakat agar tetap waspada. Untuk menghindari terserang penyakit diare. Caranya dengan mencuci tangan pakai sabun setiap akan makan/minum serta sehabis buang hajat; merebus air minum hingga mendidih setiap hari; menjaga kebersihan lingkungan; dan  menghindari tumpukan  sampah disekitar tempat tinggal. Hubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare”, kata Prof Tjandra.
Pada saat musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah. Hal ini dikarenakan pada saat musim hujan banyak sampah misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu. Genangan air  itulah akhirnya menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk tersebut. Dengan meningkatnya populasi nyamuk sebagai penular penyakit, maka risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat.
“Masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3 M yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat. Selain itu agar masyarakat segera membawa keluarganya ke sarana kesehatan bila ada yang sakit dengan gejala  panas tinggi yang tidak jelas sebabnya yang disertai adanya tanda-tanda perdarahan,” tambah Prof. Tjandra.
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis, karena ditularkan melalui hewan/binatang. Di Indonesia hewan penular terutama adalah tikus melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, maka tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia dimana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut. Seseorang yang ada luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut potensi dapat terinfeksi dan akan jatuh menjadi sakit.
“Untuk menghindari timbulnya penyakit leptospirosis masyarakat agar melakukan langkah-langkah antisipasi yaitu menekan dan hindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar kita, dengan selalu menjaga kebersihan; hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama bila ada luka; gunakan pelindung misalnya sepatu boot, bila terpaksa harus ke daerah banjir; dan      segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit berkepanjangan”, kata Prof. Tjandra.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau berat dapat / mungkin disertai sesak napas, nyeri dada dll. Untuk menangani penyakit ini, masyarakat diimbau untuk istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala, mungkin diperlukan pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah penularan pada orang sekitar, a.l dengan menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarangan dll.
“Faktor berkumpulnya banyak orang – misalnya di tempat pengungsian korban banjir- juga berperan dalam penularan ISPA,” kata Prof. Tjandra.
Penyakit kulit, dapat berupa infeksi, alergi atau bentuk lain pada musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang -misalnya di tempat pengungsian korban banjir- juga berperan dalam penularan infeksi kulit.
Penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini juga faktor kebersihan makanan memegang peranan penting.
Selain itu juga perlu diperhatikan perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, dan apalagi bila banjir berhari-hari.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan alamat email kontak@depkes.go.id.


Sabtu, 04 Januari 2014

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3)

BAB. I
PENDAHULUAN


Pembangunan upaya kesehatan masyarakat dilakukan diseluruh pelosok Jawa Barat, melalui keberadaan Puskesmas, Puskesmas dengan Ruang Perawatan, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling dan juga keberadaan Bidan di Desa.
Fungsi indtitusi kesehatan terdepan (Puskesmas) tidak sekedar sebagai pemberi pelayanan kesehatan saja, namun juga melaksanakan berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif bahkan terkadang sampai rehabilitasi. Disamping itu pembinaan terhadap sarananya baik milik pemerintah maupun swasta dan penggerakan peran serta masyarakat di bdang kesehatan yang berada di wilayah kerjanya yang menjadi tanggung jawabnya.
Semua pelaksanaan kegiatan tersebut diatas perlu dicatat dan dilaporkan secara teratur, tepat waktu dan dengan pengisian data yang benar.
Dalam era pembangunan ini keberadaan data dan informasi memegang peran yang sangat penting. Data yang benar-benar akurat, terpecaya, bersinambungan, tepat waktu dan mutakhir, sangat diperlukan dalam pengelolaan program, perencanaan, pemantauanpelakasanan program dan proyek serta kegiatan yang akan dilakukan.
Salah satu pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan melalui pengumpulan data di Puskesmas. Dalam gerak pelaksanaannya masih banyak masalah dan kendala yang dihadapi baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun di Provinsi. Upaya pemecahan masalahnya antara lain melalui penyempurnaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) yang merupakan sebagaian kecil dari Sistem Informasi Kesehatan yang telah diakui sebagai sumber data yang berasal dari Puskesmas dan dapat dimanfaatkan diberbagai jenjang administrasi sejak tahun 1981, yang dulunya disebut Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Revisi I mulai dilaksanakan pada tahun 1996, sebagai penyempurnaan terhadap bentuk pelaporan yang ditetapkan pada tahun 1981. Perkembangan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) telah mengalami perubahan-perubahan sejak tahun 1996 sampai sekarang dalam upaya pembenahan untuk penyesuaian pemanfaatan data yang selalu berubah-rubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan waktu.
Dari hasil supervisi dan pemantauan yang dilaksanakan oleh tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota ke Puskesmas, masih banyak hal-hal yang menjadi halangan dalam melaksanakan SP3 baik menyangkut tentang pencatatan, pengolahan maupun pelaporannya. Hal-hal yang berakibatkan laporan SP3 menjadi tidak lengkap, tidak tepat waktu dan kebenarannya yang diragukan dapat diindentifikasikan antara lain meliputi :
  1. Data yang dilaporkan tidak semuanya dapat dimanfaatkan baik dari aspek monitoring maupun dari aspek evaluasi;
  2. Tidak adanya atau kurang petugas khusus di bidang informasi baik di tingkat Puskesmas maupun ditingkat yang lebih tinggi;
  3. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pencatatan, pengolahan maupun pelaporan;
  4. Kurang trampilnya petugas penyedia, pengumpul dan pengolah data dan pembuat laporan;
  5. Kurangnya tingkat kesadaran petugas akan pentingnya dan manfaatnya Data dan Informasi;
  6. Semua kegiatan harus dicatat selengkap mungkin, meskipun yang dilaporkan terbatas.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan informasi, maka tahun 2008, sistem pelaporan ini disempurnakan kembali sebagai Revisi II. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) Revisi II merupakan “SP3-Program” yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan para pemegang, pengelola maupun pelaksanaan program di masing-masing tingkatan administrasi. Oleh karena itu bukanlah sesuatu yang mengada-ada kalau dalam penyusunan SP3, para pemegang, pengelola atau pelaksana program disemua tingkatan administrasi mempunyai peran yang sangat penting demi tercapainya “Evidence Based”.
Diharapkan pembenahan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas ini dapat menghilangkan faktor masalah yang ada saat ini. Namun masih perlu dipikirkan tentang aspek pelaksanaan dan juga kesediaan pihak swasta untuk melaksanakan pelaporan tersebut dengan tertib.
Dalam buku ini disajikan tentang Tujuan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Cara Pengisian, Pengertian-pengertian dan batasan-batasan operasional yang dipergunakan.

BAB. II
T U J U A N



  1. A.      TUJUAN UMUM  :

Didapatkan semua data hasil kegiatan Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan Ruang  Perawatan, Puskesmas Keliling, Bidan di desa, Posyandu, dan sebagainya), dan data lainnya yang berkaitan, serta dilaporkan data tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, akurat, berkala, teratur guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.


  1. B.      TUJUAN  KHUSUS  :
    1. Tercatatnya semua data dari hasil kegiatan Puskesmas dan data yang berkaitan dalam format-format yang telah ditentukan dengan benar dan bersinambungan;
    2. Terlapornya data tersebut di jenjang administrasi yang lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan dan mempergunakan format yang telah ditetapkan secara benar, berkelanjutan dan teratur;
    3. Terolahnya data tersebut menjadi informasi di Puskesmas dan disetiap jenjang administrasi di atasnya, sehingga bermanfaat untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat serta merumuskan cara penanggulangan secara tepat;
    4. Diperolehnya kesamaan pengertian tentang Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3), meliputi Batasan Operasional, tatacara pengisian format, pengolahan data dan informasi dan Mekanisme pelaporannya;
    5. Mantapnya pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) disemua jenjang administrasi, sehingga dapat berhasil guna dan berdaya guna dalam pengelolaan upaya kesehatan masyarakat;
    6. Diperolehnya satu sumber data yang dapat dipakai, dimanfaatkan data dengan benar, akurat dan sama;



















BAB.  III
PENGORGANISASIAN
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3)



A.  TINGKAT  PUSKESMAS
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas Perawatan adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat berupa tindakan operatif terbatas maupun perawatan sementara di ruangan rawat inap denagn tempat tidur rawat inap. Merupakan “Pusat Rujukan Antara” melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dirujuk ke rumah sakit.
Puskesmas memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain :
  1. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung dan Lintas Sektoral
  2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
  3. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
  4. Memelihara Bank Data
  5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Puskesmas
  6. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
           Puskesmas merupakan pusat jaringan informasi di tingkat bawah sebagai ujung tombak segala informasi yang ada. Adapun anggota jaringannya meliputi :
 Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskesmas Keliling (Pusling)
Bidan Desa ( Bides)
Posyandu
Wahana
Polindes
Poskestren
Pengobatan Tradisional (Batra)
Akupuntur, Shinse
Lintas Sektoral
LSM , Yayasan
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta a.l : BP, RB, Praktek Dr/Drg/Bidan dll

Organisasi  Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) :
Penanggung Jawab SP3
:
Kepala Puskesmas
Koordinator  SP3
:
Seseorang yang ditunjuk oleh kepala Puskesmas, dengan berpendidikan minimal SMA
Anggota
:
Pelaksana Program
Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut :
a.  Kepala Puskesmas  :
  • Penanggung-jawab di Tingkat Puskesmas
  • Bertanggung Jawab terhadap Kualitas Data
  • Bertanggung Jawab terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data SP3
  • Bertanggung Jawab terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3
  • Bertanggung Jawab terhadap Validasi Data
  • Bertanggung Jawab terhadap Analisa Data
  • Membimbing Kepada Koordinator dan Para Pelaksana Program
  • Koordinasi dengan fasilitas kesehatan swasta dll , dalam sistem pencatatan dan pelaporan.
  • Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana program setiap 1 bulan satu kali untuk mengvalidasikan data dan mengevaluasi pelaksanaan SP3.
b.  Koordinator  :
  • Mengkoordinir Laporan Setiap Pemegang Program
  • Mengumpulkan dan Mengolah Data
  • Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3 kepada Kepala Puskesmas
  • Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program
  • Mengirimkan Laporan ke Kab/Kota Tepat Waktu
  • Distribusikan Format Laporan Ke Pemegang Program
  • Meneliti Kelengkapan Isi Format
  • Mengarsipkan
  • Validasi Data
c.   Pemegang Program  :
  • Mencatat setiap kegiatan pada buku catatan register yang ada
  • Menerima laporan dan mengadakan bimbingan terhadap Pustu,Pusling, Bidan di Desa, Perawat Desa. Dan lain-lainnya.
  • Membuat transformasi pengolahan data yang tercatat sebagai kegiatan program dan merekapitulasi data program
  • Mengisi Format Laporan SP3 sesuai kegiatannya dengan Tepat Waktu
  • Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program dan Koordinator
  • Menyajikan Data/Informasi
  • Membantu Kepala Puskesmas dalam Analisisi Data SP3

B.  TINGKAT KABUPATEN / KOTA  :
Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain :
  1. Mencatat dan mengumpulkan data baik dari Puskesmas maupun Lintas Sektoral
  2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
  3. Membuat Umpan Balik Laporan SP3 ke Puskesmas setiap 3 bulan sekali
  4. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Provinsi
  5. Memelihara Bank Data
  6. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Kabupaten/Kota
  7. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Organisasi  Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) :
Penanggung Jawab SP3
:
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Koordinator  SP3
:
Kepala Unit Kerja yang memiliki fungsi      pengolahan data dan informasi atau     seseorang yang ditunjuk oleh Kepala Dinas      Kesehatan Kabupaten/Kota. (disesuaikan dengan SOTK di Kabupaten/Kota yang bersangkutan)
Anggota
:
Pelaksana Program

Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut :
a.   Penanggung Jawab SP3  :
  • Penanggung-jawab terhadap pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
  • Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program baik di Kabupaten/Kota maupun Puskesmas .
  • Mengadakan pertemuan berkala setiap 3 bulan sekali untuk melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan SP3 dan pencapaian kegiatan masing-masing program.


b.  Koordinator  SP3 :
  • Mengkoordinir Laporan SP3
  • Mengumpulkan Dan Mengolah Data
  • Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3
  • Bertanggung-jawab atas Kualitas Data SP3
  • Bertanggung-jawab terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Sp3
  • Bertanggung-jawab terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3
  • Bertanggung-jawab terhadap Validasi Data
  • Bertanggung-jawab terhadap Analisa Data
  • Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program
  • Mengirimkan Laporan Ke Propinsi dengan tepat waktu
  • Distribusikan print out Laporan Ke Pemegang Program
  • Membuat umpan balik SP3 secara periodik 3 bulan satu kali ke tingkat Puskesmas.
  • Meneliti Kelengkapan Isi Format
  • Mengarsipkan
  • Validasi Data

c.  Pemegang Program  :
  • Mengadakan validasi dan koreksi data SP3 yang diterima dari koordinator SP3 Kabupaten/Kota.
  • Menganalisis hasil olahan data tersebut dan membuat laporan narative serta melaksanakan tindak lanjut kegiatan sesuai hasil analisa data.
  • Membantu kelancaran pelaksanaan SP3 di Puskesmas dan Kabupaten/Kota
  • Mengikuti pertemuan berkala SP3 setiap 3 bulan sekali dan memberikan bahasannya.

C.  TINGKAT PROPINSI  :
Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain :
  1. Mencatat dan mengumpulkan data baik dari Kabupaten/Kota maupun Lintas Sektoral
  2. Mengolah Data dan menganalisa menjadi informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
  3. Membuat Umpan Balik Laporan SP3 ke Kabupaten/Kota setiap 6 bulan sekali
  4. Memelihara Bank Data
  5. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen Provinsi
  6. Memberikan pelayanan data dan Informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Organisasi  Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) :
Penanggung Jawab SP3
:
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Penanggung Jawab Pelaksana
:
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan
Koordinator  SP3
:
Kepala Seksi Teknologi Informasi Kesehatan
Anggota
:
Pelaksana Program

Dengan Tugas- Tugas sebagai berikut :
a.   Penanggung Jawab SP3  :
  • Penanggung Jawab terhadap pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3)
  • Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program di tingkat Propinsi

  1.   Penanggung Jawab Pelaksana SP3  :
  • Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan SP3.
  • Mengadakan pertemuan berkala setiap 6 bulan sekali untuk melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan SP3 dan pencapaian kegiatan masing-masing program.
  • Memberikan bimbingan dan pembinaan kepada koordinator, pelaksana program baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam hal fasilitasi.

c.  Koordinator  SP3 :
  • Mengkoordinir Laporan SP3
  • Mengumpulkan Dan Mengolah Data
  • Bertanggung-jawab atas kelancaran pelaksanaan SP3
  • Bertanggung-jawab atas Kualitas Data SP3
  • Bertanggung-jawab Terhadap Pengumpulan Dan Pengolahan Data Sp3
  • Bertanggung-jawab Terhadap Kebenaran Isi Laporan SP3
  • Bertanggung-jawab Terhadap Validasi Data
  • Bertanggung-jawab Terhadap Analisa Data
  • Mengkoordinir Entri Data bersama-sama dengan para pemegang program
  • Memberikan bimbingan dan pembinaan teknis dan substantif kepada koordinator, pelaksana program baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota dalam hal fasilitasi.
  • Mengirimkan Laporan Ke Pusat dengan tepat waktu
  • Distribusikan hasil print out Laporan Ke Pemegang Program
  • Membuat umpan balik SP3 secara periodik 6 bulan satu kali ke tingkat Kabupaten/Kota
  • Meneliti Kelengkapan Isi Format
  • Mengarsipkan
  • Validasi Data

d.  Pemegang Program  :
  • Mengadakan validasi dan koreksi data SP3 yang diterima dari koordinator SP3 Kabupaten/Kota.
  • Mengirimkan hasil koreksinya ke koordinator SP3.
  • Menganalisis hasil olahan data tersebut dan membuat laporan narative serta melaksanakan tindak lanjut kegiatan sesuai hasil analisa data.
  • Membantu kelancaran pelaksanaan SP3 di Puskesmas dan Kabupaten/Kota
  • Mengikuti pertemuan berkala SP3 setiap 3 bulan sekali dan memberikan bahasannya.













BAB.  IV
PETUNJUK PENGISIAN


Dalam pelaksanaan Sistem Pencatatan dan pelaporan Puskesmas perlu diketahui beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk mendapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan benar dan sama.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas adalah pencatatan dan pelaporan yang harus dibuat oleh Puskesmas dan direkapitulasi disetiap tingkatan administrasi dengan waktu tertentu.
Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas disini sudah mencakup pelayanan kesehatan di puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Puskesmas dengan Perawatan, Bidan Desa, Perawat Desa, Balai pengobatan, Dokter / Bidan Praktek swasta dan unit-unit pelayanan kesehatan lainnya baik pemerintah maupun swasta.

  1. A.       FORMAT LAPORAN .
Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas digunakan Formulir standar yang terdiri dari 6 jenis laporan sebagai berikut yaitu :

  1. Laporan  LB-1
:
Laporan Bulanan mengenai Data Kesakitan
  1. Laporan  LB-3
:
Laporan Bulanan Program KIA/KB, Gizi, dan Pemberantasan Pencegahan Penyakit
  1. Laporan  LB-4
:
Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas
  1. Laporan  LSD-1
:
Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai data fasilitas dan data kesehatan lainnya serta data lingkungan kedinasan Puskesmas dan Jejaringnya
  1. Laporan  LSD-2
:
Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai tenaga di Puskesmas baik dengan perawatan maupun tanpa perawatan dan Puskesmas Pembantu.
  1. Laporan  LSD-3
:
Laporan Tahunan Sumber Daya mengenai Jumlah dan Jenis Peralatan di Puskesmas baik dengan perawatan maupun tanpa perawatan, Puskesmas Pembantu dan lain-lain.


  1. B.       FREKUENSI LAPORAN.
Pada Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Frekwensi dan Periode disesuaikan dengan Jenis Data yang dikumpulkan :
  1. Laporan Bulanan (LB-1, LB-3, LB-4) dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota paling lambat pada tanggal 5 bulan berikutnya
  2. Laporan Tahunan (LSD-1, LSD-2, LSD-3) dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat pada tanggal 10 Januari tahun berikutnya.
  3. Laporan Bulanan tersebut dikirimkan setiap bulan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya melalui disket/CD atau e-mail dengan alamat :  datinjabar@yahoo.co.id
  4. Laporan Tahunan tersebut dikirmkan setiap tahun ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya melalui disket/CD atau e-mail.



  1. C.       PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN.
Dalam petunjuk pengisian ini tidak dijelaskan hal-hal yang sudah cukup jelas. Penjelasan mengenai arti, pengertian dari variable dijelaskan khusus dalam batasan operasional.
Agar Data/Informasi yang diperoleh berbasis Desa/Kelurahan, maka untuk mengisi Laporan ini, Puskesmas mengisi Data per-Desa/Kelurahan yang ada di wilayah kerja dan Luar Wilayah kerja Puskesmas sesuai dengan kunjungan pelayanan kesehatan masyarakat.
Kode Puskesmas adalah kode indentitas Puskesmas yang terdiri atas 11 digit alfanumerik yaitu:
  • 1 digit pertama diisi dengan huruf ”P” yang menandakan Puskesmas.
  • 2 digit berikutnya diisi dengan kode Provinsi yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS.
  • 2 digit berikutnya diisi dengan kode Kabupaten yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS.
  • 3 digit berikutnya diisi dengan kode Kecamatan yang mengacu kepada kode wilayah dari BPS.
  • 1 digit beikutnya diisi dengan angka ”1” apabila Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Perawatan dan diisi dengan angka ”2” apabila Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Non Perawatan.
  • 2 digit terakhir menyatakan nomor urut Puskesmas di kecamatan di mana Puskesmas yang bersangkutan berada.

1.     LAPORAN BULANAN PENYAKIT (LB 1 )

Laporan Bulanan Penyakit (LB 1) merupakan Laporan Bulanan mengenai Data Kesakitan mencakup data di wilayah kerja Puskesmas, berdasarkan penderita yang berobat ke dalam gedung Puskesmas maupun luar gedung Puskesmas dan  Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Kasus penyakit yang dilaporkan berbasis Desa/Kelurahan, baik berasal dari wilayah maupun luar wilayah kerja Puskesmas
Data kesakitan yang dilaporkan dalam LB 1, juga mencakup data kesakitan yang sebelumnya telah dilaporkan baik melalui W1 maupun W2.

PETUNJUK UMUM

  1. LB-1 terdiri dari 10 halaman
  2. LB-1 terdiri dari 18 kelompok penyakit dan 224 variabel penyakit
  3. LB-1 dilaporkan setiap bulan, setiap awal bulan, bulan berikutnya
  4. Kode Puskesmas terdiri 8 digit, diisi sesuai kode Puskesmas masing-masing
  5. Puskesmas, diisi dengan nama Puskesmas sesuai dengan SK Puskesmas
  6. Setiap membuat laporan dituliskan Kode Puskesmas, Nama Desa/Kelurahan, Nama Puskesmas, Nama Kecamatan, Nama Kabupaten/Kota, Provinsi asal, Nama Bulan dan Tahun yang jelas.
  7. Nama-nama penyakit yang dilaporkan disesuaikan dengan nomor ICD X.
  8. Data Kesakitan yang dilaporkan dalam LB-1 juga mencakup data kesakitan yang telah dilaporkan dalam W-1 dan W-2
  9. Bulan : diisi dengan bulan pelaksanaan kegiatan yang dilaporkan
  10. Tahun : diisi lengkap tahun berjalan
  11. Laporan ini mencakup data dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu dalam wilayah kerja Puskesmas, penderita dalam gedung Puskemas maupun luar gedung Puskesmas (pengobatan, perawatan dilakukan di rumah, di panti, di posyandu dan melalui Puskesmas Keliling) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas
  12. LB-1 terdiri dari 10 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :
  • Lembar 1  : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota
  • Lembar 2  : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)
  1. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu Pelaksana Program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  2. Laporan ini diisi dengan data yang terkumpul selama 1 bulan.
  3. Kolom yang telah di arsir, tidak perlu diisi.
  4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh Penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK KHUSUS

  1. Kolom menurut kelompok umur diisi dengan angka sesuai dengan jumlah penderita yang ditemukan, dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas pada kelompok umur tersebut. Bila tidak ditemukan penyakit pada kelompok umur tersebut isilah dengan angka 0 (nol).
  2. Kelompok umur dibagi menjadi 12 kelompok umur yaitu
0 – 7 hari
:
Pasien bayi baru lahir sampai dengan berusia 7 hari Termasuk dalam periode Perinatal; dan Neonatal.
8 – 28 hari
:
Penderita berusia 8 hari sampai dengan 28 hari termasuk dalam masa neonatal.
29 hr – 1 thn
:
Penderita berusia 1 tahun sampai dengan 12 bulan kurang 1 hari
1 – 4 thn
:
Penderita berusia 12 bulan sampai dengan 5 tahun kurang sehari
5 – 9 tahun
:
Penderita berusia 5 tahun sampai dengan 9 tahun kurang sehari
10 – 14 thn
:
Penderita berusia 10 tahun sampai dengan 14 tahun kurang sehari
15 – 19 thn
:
Penderita berusia 15 tahun sampai dengan 19 tahun kurang sehari
20 – 44 thn
:
Penderita berusia 20 tahun sampai dengan 44 tahun kurang sehari
45 – 54 thn
:
Penderita berusia 45 tahun sampai dengan 54 tahun kurang sehari, disebut juga dengan pralansia
55 – 59 thn
:
Penderita berusia 55 tahun sampai dengan 59 tahun kurang sehari, disebut juga dengan lansia
60 – 69 thn
:
Penderita berusia 60 tahun sampai dengan 69 tahun kurang sehari, disebut juga dengan lansia
≥ 70 thn
:
Penderita 70 tahun atau lebih, disebut juga dengan lansia



  1. Kolom 4 s/d 27 ; merupakan Kasus Baru menurut golongan umur dan jenis kelamin
  2. Kolom 28, Kolom 29; merupakan penjumlahan dari Kolom 4 s/d 27 Kasus Baru menurut jenis kelamin
  3. Kolom 30; merupakan penjumlahan kolom 28 + kolom 29
  4. Kolom 31, Kolom 32; merupakan Jumlah Kasus Lama menurut jenis kelamin
  5. Kolom 33; merupakan penjumlahan kolom 33 + kolom 34
  6. Kolom 34 ; merupakan penjumlahan kolom 30 + kolom 33
  7. kolom 35; merupakan Jumlah Peserta Keluarga Miskin (GAKIN)
  8. Nama dan Kode penyakit diisi sesuai dengan ICD 10, menyangkut daftar kategori penyakit 3 angka atau 4 angka dari ICD-10.
  9. Kelompok Penyakit terdiri dari :
  10.  
BAB
KODE
 ICD – 10
KATEGORI JENIS PENYAKIT
  1.  
A 00 –  B  99
Penyakit Infeksi dan parasit tertentu
  1.  
C 00 –  D 48
Penyakit Neoplasma
  1.  
D 50 –  D 53
Penyakit Darah dan Orga Pembuat Darah dan beberapa kelainan yang berhubungan dengan mekanisme Kekebalan
  1.  
E 00 –  E 90
Penyakit Endokrin, Nutrisi dan Metabolik
  1.  
F 00 –  F 99
Penyakit Gangguan Jiwa dan Perilaku
  1.  
G 00 -  G 99
Penyakit Sususnan Saraf
  1.  
H 00 -  H 59
Penyakit Mata dan Adneksa
  1.  
H 60 -  H 95
Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid
  1.  
I 00 -  I 99
Penyakit Sistim Sirkulasi
  1.  
J 00 -  J 99
Penyakit Sistim Pernafasan
  1.  
K 00 -  K 93
Penyakit Sistim Pencernaan
  1.  
L 00 -  L 99
Penyakit Kulit dan Jaringan Subkutan
  1.  
M 00 – M 99
Penyakit Sistem Muskulosketal dan Jaringan Ikat
  1.  
N 00 -  N 99
Penyakit Sistem Kemih Kelamin
  1.  
O 00 -  O 99
Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas
  1.  
P 00 – P 96
Keadaan Tertentu yang Bermula pada Masa Perinatal
  1.  
Q 00 -  Q 99
Kelainan Bawaan, Kelainan Pembentukan dan Khromosom
  1. XVIII.  
R 00 -  R 99
Gejala, Tanda dan Penemuan Abnormal secara Klinis dan laboratorium yang tidak diklasifikasikan di tempat lain
  1.  
S 00 -  T 98
Cedera, Keracunan dan Akibat tertentu lainnya oleh Penyebeb dari luar
  1.  
V 01 -  Y 98
Penyebab Luar dari kesakitan dan Kematian
  1.  
Z 00 -  Z 99
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan akses terhadap pe;ayanan Kesehatan

  1.                                 10.          Nama dan Kode penyakit diisi sesuai dengan ICD 10, menyangkut daftar kategori penyakit 3 angka atau 4 angka dari ICD-10.

2.        LAPORAN BULANAN KIA/KB, GIZI DAN PEMBERANTASAN PENCEGAHAN PENYAKIT  (LB 3 )

Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (LB 3) merupakan laporan bulanan Program KIA/KB, Gizi, dan Pemberantasan Pencegahan Penyakit, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

PETUNJUK  UMUM .
  1. Data yang dilaporkan dalam format laporan LB-3 adalah semua data pelayanan baik dari dalam gedung Puskesmas maupun dari luar gedung Puskesmas (Posyandu, Pos Immunisasi, sekolah, Bidan di desa, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas
  2. Format laporan LB-3 mencakup laporan kegiatan KIA/KB, Gizi, Pemberantasan Pencegahan Penyakit (Immunisasi, Pengamatan Penyakit Malaria, Demam berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Rabies, Anthraks, Pes, Flu Burung /AI, Diare, TBC, Kusta, Keracunan Makanan, ISPA, Penyakit Kelamin dan HIV/AIDS)
  3. Format laporan terdiri dari 6 halaman :
¨      Halaman  1 – 2   :  Kegiatan KIA/KB
¨      Halaman  3           :  Kegiatan Gizi
¨      Halaman  4 – 6    :  Kegiatan Pemberantasan Pencegahan Penyakit
  1. Isilah kolom dengan angka. Bila tidak ada data makan isilah dengan angka  0 (nol).
  2. LB-3 terdiri dari 6 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :
¨      Lembar 1  : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota
¨      Lembar 2  : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)
  1. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Desa/Kelurahan, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  2. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  3. Laporan ini diisi dengan data yang tercatat selama satu bulan.
  4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK KHUSUS

  1. Kolom 3; merupakan diisi dengan angka sesuai dengan Jumlah per- Variabel yang ditemukan, dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Bila tidak ditemukan isilah dengan angka 0 (nol).
  2. Kolom 4; merupakan merupakan diisi dengan angka sesuai dengan Jumlah per- Variabel Peserta Keluarga Miskin yang ditemukan, dirawat dan berobat jalan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Bila tidak ditemukan isilah dengan angka 0 (nol).

 

3.     LAPORAN BULANAN KEGIATAN PUSKESMAS (LB 4 )
Laporan bulanan kegiatan Puskesmas (LB 4) merupakan laporan bulanan kegiatan Puskesmas, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

PETUNJUK UMUM.
  1. Data yang dilaporkan dalam format laporan LB-4 adalah semua data pelayanan baik dari dalam gedung Puskesmas maupun dari luar gedung Puskesmas (Posyandu, Pos Immunisasi, sekolah, Bidan di desa, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu) dan Jejaring Puskesmas yang ada di wilayah kerja Puskesmas
  2. Format laporan LB-4 mencakup laporan Data Sasaran, Kegiatan Pengunjung Puskesmas, Rawat Jalan, Rawat Inap, Upaya Kesehatan Giigi (Pelayanan Di BP Gigi, Pelayanan Di UKGS, Pelayanan UKMD), Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Pembinaan Keluarga Rawan, Tindak Lanjut Perawatan Yang Selesai Dibina, Pembinaan Kelompok Khusus/Panti), Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Mata, Upaya Penyuluhan dan JPKM Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Lingkungan, Gizi, Kegiatan Laboratorium dan Kegiatan Transfusi Darah.
  3. Format laporan LB-4 terdiri dari 4 halaman :
  4. Isilah kolom dengan angka, dalam kotak angka yang telah disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0 (nol).
  5. LB-4 terdiri dari 4 halaman, rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :
¨      Lembar 1  : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota
¨      Lembar 2  : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)
  1. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas
  2. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Pustu yang ada dan yang melapor, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  3. Laporan ini diisi dengan data selama 1 bulan.
  4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

4.     LAPORAN SUMBER DAYA PUSKESMAS  (LSD 1 )
Laporan Tahunan Sumber Daya Puskesmas (LSD-1) merupakan laporan tahuan kegiatan pelayanan kesehatan Puskesmas, termasuk pelayanan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dan Jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

PETUNJUK UMUM .
  1. Laporan ini dibuat sekali dalam setahun sekali (data dari bulan Januari s/d Desember).
  2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya.
  3. LSD-1 mencakup 2 kelompok yaitu
  • Laporan Tahunan Puskesmas
  • Lampiran LSD1 merupakan Data Lingkungan Kedinasan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
  1. LSD-1 terdiri dari 3 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :
¨      Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota
¨      Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)
  1. LSD-1 Lampiran terdiri dari 2 halaman, LSD-1 terdiri dari 3 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :
¨      Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota
¨      Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)
  1. LSD-1 merupakan Data yang dilaporkan mencakup : Data Umum, Data Keadaan Sarana Puskesmas dengan Jejaringnya, Data Kesehatan Lingkungan, Data Upaya Kesehatan Sekolah, Data Peran Serta Masyarakat, Data Kesehatan lain dan data fasilitas lainnya.
  2. LSD-1 Lampiran merupakan Data yang dilaporkan mencakup : Data jenis bangunan dan Transportasi di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
  3. Isilah kolom dengan angka, dalam kotak angka yang telah disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0 (nol).
  4. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  5. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Desa/Kelurahan, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  6. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK  KHUSUS.
  1. Kolom 1;  diisi dengan nomor urut.
  2. Kolom 2; merupakan Jenis Bangunan dan Transportasi
  3. Kolom 3; diisi dengan Jumlah Jenis Ruangan dan Transportasi yang ada di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
  4. Kolom 3; diisi dengan Luas Bangunan untuk setiap Ruangan di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
  5. Kolom 5-9; diisi dengan Kondisi Jenis Bangunan dan Tranportasi di Puskesmas menurut Fungsinya yaitu Baik, Ringan, Sedang, Berat dan Persetase yang Rusak.
  6. Kolom 10-14; diisi dengan Kondisi Jenis Bangunan dan Tranportasi di Puskesmas Pembantu menurut Fungsinya yaitu Baik, Ringan, Sedang, Berat dan Persetase yang Rusak.

5.     LAPORAN  SUMBER DAYA TENAGA KESEHATAN (LSD 2 )
Laporan Sumber Daya Puskesmas (LSD-2) merupakan laporan Tahunan data Tenaga yang berada di Puskesmas, termasuk  Puskesmas Pembantu, Bidan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Jenis Tenaga Kesehatan dikelompokan menjadi 2 kelompok sesuai dengan PP 32 tahun 1996, yaitu Tenaga Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan.
Untuk Tenaga Kesehatan di bagi atas 7 kategoti yaitu :
  1. Tenaga Medik, adalah Dokter Umum dan Dokter Gigi serta Dokter Ahli berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi
  2. Tenaga Keperawatan, yaitu tenaga lulusan sarjana perawat, akademi perawat, sekolah perawat, perawat mahir, sekolah bidan dan sekolah juru rawat dan sejenisnya
  3. Tenaga efarmasian, yaitu lulusan sarjana farmasi s/d tenaga kefarmasian lainnya
  4. Tenaga Kesehatan Masyarakat termasuk sanitarian
  5. Tenaga Gizi
  6. Tenaga Keterapian Fisik
  7. Tenaga Keteknisan Medis
Tenaga Non Kesehatan dibagi atas 6 kategori yaitu :
  1. Doktoral (S3)
  2. Pasca Sarjana (S2)
  3. Sarjana ( S1)
  4. Sarjana Muda / D 3 / Akademi
  5. Sekolah Menengah Tingkat Atas
  6. Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan SD ke bawah

PETUNJUK UMUM.
  1. Laporan ini dibuat Laporan ini dibuat sekali dalam setahun (data dari bulan Januari s/d Desember).
  2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya.
  3. LSD-2 terdiri dari 2 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :
¨      Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota
¨      Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)
  1. Data yang dilaporkan mencakup : Data Jumlah dan Jenis Tenaga Puskesmas yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas.
  2. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  3. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  4. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK  KHUSUS.
  1. Kolom 1;  diisi dengan nomor urut.
  2. Kolom 2; diisi dengan nama dari masing-masing pegawai di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP ( PNS maupun Honorer ).
  3. Kolom 3; diisi sesuai dengan Jenis Tenaga yang terdapat pada kategori jenis tenaga
  4. Kolom 4; diisi dengan NIP (Nomor Induk Pegawai) dan Karpeg yaitu nomor seri dari kartu pegawai tersebut.
  5. Kolom 5; diisi dengan tempat dan tanggal lahir dari masing-masing pegawai.
  6. Kolom 6; diisi dengan Jenis Kelamin “P” (Perempuan) atau “L” (Laki-Laki).
  7. Kolom 7, 8, 9; diisi dengan Pendidikan dari masing-masing pegawai yaitu tentang pendidikan terakhir dan tahun lulusan.
  8. Kolom 10 dan 15; diisi dengan status kepegawaian PNS dan non PNS, data terhitung mulai tanggal berapa status tersebut disandang oleh pegawai tersebut.
  9. Kolom 16, 17, 18, 19; diisi dengan golongan dan pangkat dari masing-masing pegawai, TMT Golongan dan masa kerja dan diisi dengan tanggal mulai menduduki status tersebut.
  10. Kolom 20, 21; diisi dengan jabatan masing-masing pegawai, TMT Golongan diisi dengan tanggal mulai menduduki status tersebut.
  11. Kolom 22; diisi dengan nama Jabatan Fungsional/Struktural/Teknis dari masing-masing pegawai
  12. Kolom 23; diisi dengan nama dimana Tempat kerja di Puskesmas atau Desa dari masing-masing pegawai
  13. Kolom 24; diisi dengan tanggal mulai bekerja di Puskesmas ini.
  14. Kolom 27 diisi dengan pendidikan tambahan / Diklat yang telah diikuti oleh pegawai tersebut.
  15. Kolom 28–46; diisi dengan Pelatihan Fungsional yang telah diikuti oleh pegawai tersebut. Bila Ya datanya maka isilah dengan angka 1 (satu).diisi Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0 (nol) dan sebutkan tahunnya.

6.     LAPORAN SUMBER DAYA PERALATAN PUSKESMAS (LSD 3 )
Laporan Sumber Daya Peralatan Puskesmas (LSD-3) merupakan laporan Tahunan data peralatan yang berada di Puskesmas, termasuk  Puskesmas Pembantu, Bidan desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

PETUNJUK UMUM.
  1. Laporan ini dibuat Laporan ini dibuat sekali dalam setahun (data dari bulan Januari s/d Desember).
  2. Dilaporkan pada bulan Januari tahun berikutnya.
  3. LSD-3 terdiri dari 4 halaman, dan rangkap 2 (dua) yang masing-masing ditujukan kepada :
¨      Lembar 1 : Untuk Koordinator SP-3 di Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota
¨      Lembar 2 : Untuk Koordinator SP-3 di Puskesmas (arsip)
  1. Data yang dilaporkan mencakup : Data Peralatan yang ada di Puskesmas, Puskesmas DTP, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling. Sekolah, .
  2. Nama-nama dari peralatan telah dicantumkan di dalam format laporan
  3. Bagian yang telah diarsir tidak perlu diisi.
  4. Setiap lembar laporan harus diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  5. Laporan harus diisi dengan kode Puskesmas, nama Puskesmas, Kabupaten/Kota, bulan dan tahun, kemudian diberi tanggal pembuatan dan ditanda-tangani oleh pelapor yaitu pelaksana program dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
  6. Telitilah sebelum ditanda-tangani oleh penanggung jawab dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Cantumkan nama dan NIP dengan jelas.

PETUNJUK  KHUSUS.
  1. Kolom 1;  diisi dengan nomor urut.
  2. Kolom 2; merupakan Jenis Peralatan yang ada di di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP, Puskesmas Keliling, Sekolah dan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
  3. Kolom 3-5; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
  4. Kolom 6-8; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, Pembantu, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
  5. Kolom 9-11; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas Keliling, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
  6. Kolom 12-14; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
  7. Kolom 15-17; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Pos Bersalin Desa (Polindes), menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.
  8. Kolom 18-20; diisi sesuai dengan Jenis peralatan yang ada di Puskesmas, menurut Fungsi, Tidak Berfungsi dan Tidak Ada alat tersebut dan diisi dengan angka jumlah alat tersebut.





BAB.  V
BATASAN OPERASIONAL


  1. A.      PENGERTIAN- PENGERTIAN
Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) menganut konsep wilayah kerja Puskesmas berbasis Data per-Desa/Kelurahan, oleh karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan Puskesmas (termasuk bidan desa, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Puskesmas dengan Perawatan dan Jejaring Puskesmas termasuk unit pelayanan kesehatan swasta).
Pemberian nomor Kode Puskesmas terdiri dari 12 angka, dengan mengikuti pengelompokan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Puskesmas

PENGUNJUNG PUSKESMAS
Data untuk pengisian banyak Pengunjung Puskesmas diambil dari Buku register Penomoran yang ada pada addmiting office ( Loket penerimaan pasien atau tempat penjualan karcis yang dibuat setiap hari) .

Pengunjung terdiri dari 2 kelompok yaitu
  1. Pengunjung Baru
Pengunjung Baru adalah pengunjung yang baru pertama kali dating yang akses di Puskesmas . Setiap Pengunjung Baru diberikan Nomor Rekam Medik dengan menggunakan register penomoran dan dibuatkan Folder Rekam Medik. Nomor Rekam Medik diberikan hanya 1 (satu) kali seumur hidup

  1. Pengunjung Lama
Pengunjung Lama adalah pengunjung yang dating untuk kedua dan seterusnya. yang datang ke Puskemsas dengan jejaringnya yang sama atau berbeda sebagai kunjungan lama atau kunjungan baru dengan kasus lama dan kasus baru. Tidak mendapat nomor rekam medik lagi, tapi dicatat dalam register pendaftaran pasien.


  1. B.      DEFINISI OPERASIONAL
1.  LAPORAN BULANAN PENYAKIT (LB1)

KODE                                 ICD – 10
JENIS PENYAKIT
GEJALA  PENYAKIT
I
PENYAKIT INFEKSI DAN PARASIT TERTENTU
A00-A09
PENYAKIT INFEKSI USUS
A00
Kolera
¨      Diare mendadak dan terus menerus, tidak disertai rasa sakit perut.
¨      Muntah terus menerus.
¨      Kotoran seperti cucian air beras, berbau amis.
¨      Dalam waktu singkat dapat terjadi dehydrasi dan menimbulkan syok.
¨      Pemeriksaan laboratorium ditemukanVibrio Cholerae di tinjanya.
A01.0
Demam tifoid
¨      Gejala Umum :
¨      Sakit kepala, lemah, tidak ada nafsu makan, demam selama 2-3 minggu
¨      Demam Tifoid adalah Infeksi Usus yang disebabkan olehSalmonella Typhi.
A01.4
Demam paratifoid,  tidak Spesifik
¨      Gejala Umum :
¨      Sakit kepala, lemah, tidak ada nafsu makan, demam selama 2-3 minggu.
¨      Demam Paratifoid adalah Infeksi Usus yang disebabkan olehSalmonella Paratyphi.
A02
Infeksi salmonela lainnya
¨      Diare, mual, muntah, pusing dan nyeri perut.
A03
Shigelosis; Disentri Basiler tidak Spesifik
¨      Diare dengan tinja berdarah dan berlendir.
A04
Infeksi usus karena bakteri lainnya tidak spesifik
¨      Diare, mual, muntah, Kejang / kaku perut.
A05
Keracunan makanan karena bakteri lainnya
¨      Diare, sering muntah dan panas, sakit perut, sakit kepala
A06
Amubiasis, Disentri Amuba
¨      Diare, mual, sakit perut, tinja bercampur darah dan lendir.
¨      Anus terasa pedih.
A08
Infeksi virus dan Infeksi usus tertentu lainnya
¨      Diare dan Demam.
A09
Diare dan Gastroenteritis
¨      Penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari melembek hingga cair serta bertambahnya frekuensi buang air besar (lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari).
A02, A04, A07- A08
Penyakit infeksi usus lainnya
¨      Diare, mual, muntah, Kejang / kaku perut.
A15-A19
TUBERKULOSIS
A15.0
Tuberkulosa Paru BTA (+) dengan/tanpa pemeriksaan biakan.
¨      Penyakit Tuberkulosa Paru yang di diagnosa dengan pemeriksaan sputum (secara bakteriologi dan histopatologi) positif mengandung bakteri tuberkulosa.
¨      Gejala yang mungkin ada pada penderita adalah :
p  Batuk berdahak 3 minggu atau lebih, tidak sembuh dengan antibiotik
p  Pernah mengeluarkan dahak bercampur dengan darah.
p  Mengalami sesak nafas dan nyeri pada dada.
p  Nafsu makan berkurang dan Berat Badan menurun.
A16.0
Tuberkulosis paru klinis
¨      Penyakit Tuberkulosa Paru yang tidak berdasarkan pada pemeriksaan secara bakteriologi maupun histopatologi.
¨      Gejala yang mungkin ada pada penderita adalah :
p  Batuk berdahak 3 minggu atau lebih, tidak sembuh dengan antibiotik
p  Pernah mengeluarkan dahak bercampur dengan darah.
p  Mengalami sesak nafas dan nyeri pada dada.
p  Nafsu makan berkurang dan Berat Badan menurun.
A 15.1 – A 16.2
Tuberkulosis paru lainnya
¨      Demam, penurunan berat badan, nyeri dada, berkeringat malam hari
A16.3 -.9
Tuberkulosis alat nafas lainnya
¨       
A17.0
Meningitis Tuberkulosa
¨      Tuberkulosa pada Selaput Otak.
¨      Gejala yang ada pada penderita Meningitis Tuberkulosa adalah :
p  Kesadaran yang menurun / tidak sadar.
p  Demam.
p  Sering diikuti dengan kejang pada seluruh tubuh.
A18
Tuberkulosis organ lainnya
¨      Penyakit Tuberkulosa yang terdapat pada organ lain selalin paru. Misal : usus, tulang, kelenjar lymphe.
A19
Tuberkulosis Miliaris
¨      Penyakit tuberkulosa yang menyerang pembuluh darah baik pada paru maupun organ lainnya.
A20-A29
PENYAKIT INFEKSI BAKTERI HEWAN
A20
Pes/Sampar
¨      Penyakit ini ditimbukan karena Infeksi yang disebabkan oleh kuman/bakteriyersinia pestis (Pasteurella pestis), yang ditularkan melalui gigitan pinjal.
¨      Demam tinggi secara mendadak disertai pembesaran kelenjar pada lipat paha dan ketiak atau leher (disebut Bubo), shock, penurunan tekanan darah, nadi cepat dan tidak teratur,gangguan mental, kelemahan, kegelisahan dan kona (tidak sadar)
¨      Mengeluarkan dahak berdarah tanpa didahulukan oleh gejala batuk sebelumnya (Pes type paru-paru sekunder).
A22
Antraks
¨      Antraks adalah suatu penyakit zoonosa yang disebabkan oleh bacillus anthracis ditularkan melalui kulit yang lecet, abrasi/luka, dapat melalui pernapasan (inhalasi) dan melalui mulut karena makan bahan makanan yg tercemar kuman antraks
¨      Gejala awal rasa gatal tanpa disertai rasa sakit dlm kurun waktu 2-3 hari membesar menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan, dengan gejala konstitusi berupa demam yg sedang, sakit kepala, malaise jarang ada, terjadi pembengkakan lunak pd kelenjar limpha dengan masa inkubasi 1-5 hari (antraks kulit).
¨      Rasa sakit perut yg hebat, mual, muntah, tdk nafsu makan dan suhu badan meningkat, terjadi gastroenteritis akut yg kadang-kadang berdarah, hematemesis, kelamahan umum, demam, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal/lipat paha, perut membesar dan keras, acites, edema scrotum dengan masa inkubasi 2-5 hari (antraks pencernaan).
¨      Lesu, lemah, suhu subfebril dan batuk yg non produktif sesuai dg tanda-tanda bronchitis, dalam waktu 2-4 hari timbul gangguan respirasi berat, suhu meningkat, cyanosis, dispneu, stridor, keringat berlebihan, detak jantung lebih cepat, nadi lemah dan cepat, edema subkutan di daerah dada dan leher, pembesaran limpheu daerah abdomen (antraks paru-paru)
A27
Leptospirosis
¨      Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosa yang disebabkan oleh bakteri leptospira ditularkan melalui kontak dengan air, lumpur, tanaman yg dicemari oleh air seni dari rodent (tikus) dan hewan yg mengandung bakteri leptospira,
¨      Gejala umum : demam, nyeri kepala, nyeri otot khususnya di daerah betis, paha, serta gagal ginjal.
A30-A49
INFEKSI BAKTERI LAINNYA
A30.0
Kusta I/T (MB)
Gejala Umum Kusta :
¨      Bercak putih (Hipopigmentasi) atau Hiperpigmentasi, atau bercak kemerahan (eritema) atau adanya penebalan kulit dan sub kutis (Infitrat) serta adanya nodul atau benjolan di bawah kulit.
¨      Hilangnya atau kurangnya rasa = Hypesthesia atai Hypoesthesia pada daerah bercak.
¨      Pada daerah bercak tidak ditemukan keringat dan rambut.
¨      Otot dibangian sebelah bawah bercak cenderung untuk mengecil utamanya otot tangan (telapak tangan) dan tungkai bawah.
Tanda-tanda Klinis Kusta MB :
¨      Tampak Makula dalam jumlah yang banyak
¨      Makula tersebar bilateral tetapi asimetris
¨      Permukaan macula halus dan mengkilap
¨      Batas macula tidak tegas / tidak jelas.
¨      Rasa hypesthesia atau hypoesthesia tidak jelas
¨      Infiltrat menyebar.
¨      Nodul tidak selalu ada.
A30.5
Kusta B/L (PB)
Tanda-tanda Klinis Kusta MB :
¨      Makula dapat muncul dalam jumlah yang tidak banyak yaitu 1 – 5 makula.
¨      Dengan distribusi unilateral, bilateral atau asimetris.
¨      Permukaan macula kering dan kasar
¨      Batas macula jelas dan tegas
¨      Hilang rasa, hypesthesia maupun hopoesthesia sangat jelas
¨      Infiltrat tidak selalu ada, bila ada biasanya terbatas pada daerah makula
¨      Nodul tidak selalu ada.
A33
Tetanus Neonatorum
¨      Tetanus neonatorum adalah yang terjadi pada bayi yang baru lahir.
¨      Tanda-tanda klinis :
p  Demam.
p  Bayi lahir hidup dan bisa menyusui tiba-tiba hari ketiga tidak dapat/sulit minum / menyusu,
p  Mulut mencucu seperti mulut ikan
p  Kejang-kejang.
p  Kesadaran menurun.
p  Tidak menangis hanya merintih
p  Sering diikuti dengan sesak nafas.
A35
Tetanus lainnya
¨      Adalah Tetanus yang terjadi pada anak (balita, selain neonatus) dan orang dewasa.
¨      Tanda-tanda klinis :
p  Biasanya didahului dengan adanya luka pada tubuh.
p  Kesadaran menurun
p  Demam
p  Kejang
p  Tidak dapat makan maupun minum.
A36
Difteria
¨      Penyakit yang timbul karena infeksiCorynebacterium diphtaeria
¨      Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan apus tenggorokan
¨      Tanda-tanda klinis :
p  Panas
p  Terdapat selaput putih (pseudomembrane) pada laring. pharing atau tonsil.
p  Sakit waktu menelan.
p  Lehermembengkak disebut dengan bulls neck.
p  Sesak nafas disertai dengan nafas berbunyi disebut sebagai stridor.
A37
Pertusis/Batuk rejan
Disebut Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis
Tanda-tanda klinis terdiri dari 3 fase yaitu :
¨      Fase Katarak.
p  Berlangsung selama 2 minggu.
p  Didahului dengan batuk ringan, bersin-bersin dan pilek.
¨      Fase Paroksismal.
p  Berlangsung pada minngu ke 4 – 6.
p  Batuk semakin kuat dan berlangsung terus menerus, sulit berhenti, sehingga dapat menimbulkan cyanosis, mata melotot sampai dengan timbul perdarahan sub kunjungtiva, lidah menjulur, dan menimbulkan kesan sesak nafas hebat.
¨      Fase Penyembuhan = Konvalesen.
p  Berlangsung pada minggu ke 9 – 10.

A39
Infeksi Meningokok
¨       
A40-A41
Septisemia
¨        Manifestasi umum infeksi disertai gangguan fungsi organ multipel antara lain  berupa hiperpireksi, cutis marmoratae, menggigil, gaduh gelisah, proteinuria
¨        Pemeriksaan penunjang : leukopenia atau leukositosis, granulasi toksik, trombositopenia, anemia dan CRP positif. Penurunan kadar protrombin, fibrinogen
A50-A64
PENYAKIT INFEKSI YANG DITULARKAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL
A50
Sifilis kongenital/bawaan
¨      Sifilis bawaan sejak lahir biasanya pada bayi yang ditularkan oleh ibu yang menderita IMS
¨      Gejala umum : matanya banyak sekret mata sampai tertutup
A51
Sifilis dini
¨      Tampak lesi “chancre” pada daerah kemaluan.
A54
Infeksi Gonokok
¨      Pada Pria : keluarnya cairan abnormal dari alat kelamin berupa nanah yang terjadi secara akut, disertai rasa sakit / panas waktu buang air kecil.
¨      Pada Wanita : seringkali tidak tampak adanya gejala. Pada keadaan lanjut maka akan tampak pembesaran kelenjar Bartholini dan Skene di daerah bibir kecil kemaluan.
A65-A66
PENYAKIT SPIROKAETAL LAINNYA
A66
Frambusia
¨      Lesi pertama berbentuk Papiloma akan muncul di daerah dimana Treponema masuk ke dalam tubuh, berbentuk buah arbei dengan permukaan basah, tidak ada nanah.
¨      Ditemukan juga demam, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian.
¨      Papiloma tersebar disekitar dubur, mulut vagina.
¨      Tampak “Wet Crab” papiloma pada telapak tangan dan kaki.
¨      Makula, papula, macula-papula, mikro-papula, plak dan nodule.
¨      Hyperkeratosis
¨      Kelainan pada tulang dan sendi yaitu ekstremitas gangosa, hydraarthosis, module di artikulasi.
¨      Tampak Gummata, Ulcerasi.
A70-A74
PENYAKIT LAIN KARENA CHLAMYDIA
A71
Trakoma
¨      Kedua mata tampak merah dan berair
¨      Penderita sukar melihat cahaya terang dan merasa gatal di matanya
¨      Ditemukan folikel terutama di konjungitiva tarsalis superior dan kornea daerah limbus superior
A80-A89
INFEKSI VIRUS PADA SUSUNAN SARAF PUSAT
A80
Poliomielitis akut
¨      Demam waktu mulai sakit
¨      Rangsangan pada selaput otak
¨      Nyeri otot berat.
¨      Kelumpuhan ekstremitas dan biasanya asimetris, timbul antara hari ke 3 dan 4.
¨      Reflek Tendon menurun
¨      Rasa raba biasanya normal.
A82
Rabies
¨      Demam tinggi
¨      Sakit kepala hebat
¨      Kelumpuhan mulai dari tungkai menjalar ke atas.
¨      Sulit menelan.
¨      Takut air.
¨      Sulit bernafas dan kesadaran menurun
¨      Keadaan ini terjadi beberapa minggu samapai dengan satu tahun setelah gigitan.
A87
Meningitis karena virus
¨      Lesu, demam, muntah, sakit kepala dan anoreksia
¨      Kesadaran menurun, kejang, ubun-ubun besar menonjol dan tegang
A90-A99
DEMAM BERDARAH VIRUS dan DEMAM VIRUS DITULARKAN OLEH ARTROPODA
A90
Demam Dengue
¨      Peningkatan suhu mendadak (39 – 40 0C disertai menggigil
¨      Nyeri kepala dan muka kemerahan
¨      Nyeri pada belakang mata apabila mata digerakkan atau bola mata digerakkan
¨      Fotofobia
¨      Nyeri otot atau sendi
¨      Anoreksia
¨      Konstipasi, nyeri perut/kolik
¨      Nyeri tenggorokan
¨      Depresi pada pasien demam
A91
Demam Berdarah Dengue
¨      Demam mendadak 2 – 7 hari tanpa penyebab yang jelas
¨      Gelisah, nyeri pada ulu hati.
¨      Timbul bercak merah “Purpura” dan pendarahan kulit berbentuk bintik-bintik “Ptechiae”.
¨      Pada keadaan lanjut dapat terjadi buang air besar bercampur darah, mutah darah, keluar darah dari hidung.
¨      Pada keadaan berikutnya dapat terjadi kesadaran menurun sampai syok
A92.0
Chikungunya
¨      Demam
¨      Persendiaan sakit
¨      Nyeri otot
¨      Ruam kemerahan pada kulit
B00-B09
INFEKSI VIRUS DENGAN LESI KULIT DAN MEMBRAN MUKOSA
B00
Infeksi herpesvirus (herpes simplex)
¨      Gejala awal : Demam yang berlangsung kira-kira 3 minggu
¨      Kelainan umumnya berupa vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematous.
¨      Isi vesikel dapat jernih maupun seropurulen
¨      Pada daerah genitalis sering terjadi infeksi sekunder, sehingga ruamnya dapat berubah menjadi ulserasi
B01
Varisela/Cacar Air
¨      Demam.
¨      Timbul merah-merah pada kulit seluruh tubuh dan kemudian berisi nanah karena sering disertai dengan infeksi sekunder.
¨      Rasa gatal dan pedih di daerah bintik kemerahan
B05
Campak
¨      Demam
¨      Timbul kemerahan pada kulit
¨      Becak koplik pada daerah mukosa mulut bagian bukal.
¨      Radang selaput mata (konjungtiva).
¨      Sering diikuti dengan batuk dan pilek.
B15-B19
HEPATITIS VIRUS
B15
Hepatitis A akut (klinis)
¨      Demam
¨      Badan lemas
¨      Mual
¨      Selaput mata berwarna kuning atau air kencing berwarna seperti air teh
B16
Hepatitis B akut
¨      Tidak nafsu makan
¨      Demam, mual, muntah
¨      Pegal linu dan sakit kepala
¨      Selaput mata berwarna kuning atau air kencing berwarna seperti air teh
B17-B19
Hepatitis Virus lainnya
¨      Demam
¨      Badan lemah
¨      Mual berkepanjangan sehingga nafsu makan menurun.
¨      Selaput mata (konjungtiva) berwarna kuning.
¨      Air kencing berwarna kuning tua seperti air teh dan kental.
B20-B24
PENYAKIT VIRUS GANGGUAN DEFISIENSI IMUN PADA MANUSIA
B20-B24
Penyakit  HIV /AIDS
¨      Gejala : Asimptomatik, limfadenopati generalisata, berat badan menurun <10 5="" angularis="" atas="" bagian="" bakterialis="" dalam="" dan="" dermatitis="" herpes="" infeksi="" kelainan="" kheilitis="" kulit="" mukosa="" nafas="" onikomikosis="" oral="" p="" prurigo="" rekuren="" ringan="" saluran="" seboroik="" seperti="" sinusitis="" tahun="" terakhir="" ulkus="" yang="" zoster="">
B25-B34
PENYAKIT VIRUS LAINNYA
B26
Parotitis (Gondong)
¨      Masa tunas antara 14-24 hari
¨      Pembekakan parotis yang mula-mula unilateral, biasanya diawali demam sakit kepala, anoreksia, muntah dan nyeri otot selama 1-2 hari. Pembekakan ini nyeri pada perabaan atau pada saat penedrita makan/minum sesuatu yang asam
B50-B64
PENYAKIT DISEBABKAN OLEH PROTOSOA
B50
Malaria karena plasmodium Falsiparum (Malaria Tropika)
¨      Sakit pada otot-otot; sekit kepala;  menggigil; demam hingga timbul; sering disertai dengan kesadaran menurun.
¨      Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan plasmodium falciparum.
B51
Malaria karena plasmodium Vivaks (Malaria Tertiana)
¨      Sakit pada otot-otot; sekit kepala;  menggigil; demam mendadak hilang timbul.
¨      Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan plasmodium vivax
B52
Malaria karena plasmodium malaria
¨      Sakit pada otot-otot; sekit kepala;  menggigil; demam mendadak hilang timbul.
¨      Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan plasmodium malaria
B53.0
Malaria karena Plasmodium ovale
¨      Sakit pada otot-otot; sekit kepala;  menggigil; demam mendadak hilang timbul.
¨      Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan plasmodium ovale
B53.8
Malaria terbukti secara parasitologik tidak terklasifikasikan
¨      Demam hilang timbul, sakit pada otot-otot, sakit kepala sampai menggigil.
¨      Gejala yang timbul menunjukan ciri khas penyakit malaria, tetapi pada pemeriksaan laboratorium ditemukan penyebab penyakit malaria
B54
Malaria Klinis
¨      Gejala penyakit malaria dapat diketahui tetapi tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium maupun pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan penyebab malaria
B65-B83
PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH CACING
B74
Filariasis
¨      Demam berulang selama 3 – 5 hari. Demam dapat hilang timbul sendiri biasanya berkaitan dengan aktifitas fisik, gejala sistemik lainnya dapat berupa mual, muntah.
¨      Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenitis) di daerah lipatan paha, medial paha/lengan serta ketiak walaupun tidak ditemukan adanya luka. Biasanya tampak benjolan kemerahan, sakit dan panas.
¨      Radang saluran getah bening yang teraba seperti tali, kemerahan, terasa panas dan sakit serta menjalar dari pangkal paha/ketiak kearah ujung (limfangitis retrograd)
¨      Abses (bisul) didaerah lipat paha/ketiak yang dapat pecah, timbul ulkus dan setelah sembuh meninggalkan bekas berupa jaringan parut (Skar)
¨      Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar, yang tampak kemerahan, panas, sakit (stadium dini). Biasanya pembesaran ini dapat berkurang /menghilang setelah serangan akut. Bila serangan timbul berulang kali, pembesaran menjadi menetap.
¨      Kedaan lanjut akan ditemukan Kaki Gajah.
B76
Penyakit Cacing tambang
¨      Perut buncit, badan kurus walaupun banyak makan,lesu/lemas
¨      Pemeriksaan Laboratorium untuk konfirmasi
B77
Askariasis (Penyakit Cacing Gelang)
¨      Kolik perut, sakit perut mendadak, diare, tidak nafsu makan dan mudah lelah
¨      Pemeriksaan Laboratorium untuk konfirmasi
B79
Trikhuriasis (Penyakit Cacing Cambuk)
¨      Diare, mual, sampai dengan anemia
¨      Pemeriksaan Laboratorium untuk konfirmasi
B80
Enterobiasis
¨      Gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita.

B85-B89
PEDIKULOSIS, AKARIASIS & GANGGUAN OLEH KUTU LAINNYA
B86
Skabies
¨      Lesi Inflamasi umumnya terjadi di daerah genitalia, di antara jari-jari tangan, di bawah lipat payudara, lipat ketiak dan daerah lipatan lunak lainnya disertai dengan rasa gatal terutama pada malam hari.
II
TUMOR GANAS/NEOPLASMA GANAS
C00-C14
Tumor Ganas bibir, rongga mulut, faring
¨       
C15-C26
Tumor Ganas saluran pencernaan
¨       
C30-C39
Tumor Ganas sistem pernafasan dan alat di dalam rongga dada
¨      Batuk, berat badan menurun, sakit dada dan sesak nafas
C50
Tumor Ganas Payudara
¨       
C51-C58
TUMOR GANAS ALAT KELAMIN WANITA
C53.9
Tumor Ganas Leher Rahim
¨       
C54.9
Tumor Ganas Korpus rahim
¨       
C56
Tumor ganas indung telur
¨       
C60-C63
TUMOR GANAS ALAT KELAMIN PRIA
C61
Tumor Ganas Prostat
¨       
D10-D36
TUMOR   JINAK
D36
Tumor Jinak Lainnya dan tidak spesifik tempatnya
¨       
D37-D 48
TUMOR TERTENTU ATAU TIDAK DIKETAHUI PERILAKUNYA
D48
Tumor tertentu atau tidak diketahui perilaku lainnya, tempat dan tidak spesifik
¨       
III
PENYAKIT DARAH DAN ALAT PEMBENTUK DARAH dan BEBERAPA KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KEKEBALAN (IMUN)
D50
Anemia Defisiensi Besi
¨      Lemas, sering berdebar, lekas lelah dan sakit kepala
D53.9
Anemia Defisiensi Gizi
¨       
D51-D58, D60, D62-D64
Anemia lainnya
¨       
IV
PENYAKIT KELAINAN ENDOKRIN, GIZI DAN METABOLIK
E14
Diabetes Mellitus tidak spesifik
¨      Penderita dengan reduksi urin positif (benedik atau tes celup dengan kertas lakmus)
¨      Sering mengeluh lemah, rasa baal
¨      Sering haus dan lapar, Sering berkemih
¨      Berat badan menurun
¨      Gatal pada anggota badan yang kronis
¨      Bisul di kulit atau mungkin keputihan pada wanita
E40
Kwasiorkor
¨      Terjadi edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki
¨      Wajah membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil
¨      Pandangan mata sayu dan rambut tipis/kemerahan
E41
Marasmus
¨      Badan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput
E42
Marasmik-Kwasiorkor
¨       
E43
Kurang Kalori Protein Berat tidak Spsifik
¨       
E44
Kurang Kalori Protein Sedang dan Ringan
¨       
E45
Gangguan pertumbuhan karena kurang kalori portein
¨       
E46
Malnutrisi protein dan kalori tidak spesifik.
¨       
E50
Kekurangan Vitamin A
¨       
E66
Obesitas
¨       
E86
Deplesi volume (dehidrasi)
¨       
V
GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU
F19
Gangguan jiwa dan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan lebih dari satu jenis obat dan zat psikoaktif lainnya
¨      Gangguan perilaku dan emosi akibat penggunaaan obat / zat psikoaktif
F20.9
Skisofrenia
¨      Gangguan kemampuan/daya menilai realitas
¨      Gangguan proses pikir : waham, kebingungan, gangguan daya ingat.
¨      Gangguan suasana perasaan/afek, sussana perasaan/afek tumpul atau tidak sesuai
¨      Gangguan persepsi : halusinasi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan.
F23
Gangguan Psikotik akut dan sementara
¨      Gangguan psikosa akut polimorfik tanpa gejala schizoprenia
¨      Gangguan psikosa akuta dimana halusinasi, waham atau gangguan persepsi nyata tetapi bervariasi, perubahan dari hari ke hari atau dari jam ke jam. Emosi berubah-ubah dengan perubahan perasaan sementara baik gembira atau gembira yang luar biasa, atau kecemasan dan kerentanan, juga biasanya terjadi. Berbagai macam bentuk ini menggambarkan gambaran klinis dari psikosa yang tidak termasuk dalam diagnosa schizoprenia (F20.-).
¨      Gangguan ini sering terjadi pada onset tiba-tiba, meningkat cepat dalam beberapa hari, dan kadang-kadang terlihat dalam pemecahan gejala yag cepat tanpa berulang kembali.Jika terdapat gejala yang menetap, diagnosa harus digantu menjadi gangguan waham yang menetap (F22.-).Bouffe delirante tanpa gejala dari schizoprenia atau yang tidak spesifik.Psikosa sikloid,tanpa gejala dari schizoprenia atau yang tidak spesifik.
F25
Gangguan Skizoafektif
¨      Gangguan Schizoafektif, tipe manik
¨      Gangguan dimana terdapat baik gejala schizoprenik dan manik dominan, sehingga episode penyakit tidak dapat didiagnosis menjadi schizoprenia atau episode mania.
¨      Kategori ini harus dimasukkan kedalam satu episode dan ganggua yang berulang .Dimana episode yang utama adalah schizoafektif,tipe manik. Psikosa schizoafektif , tipe manik: psikosa schizoprenifom, tipe manik
F32
Episode depresif
Episode depresif :
¨      Ringan : Dua atau tiga gejala yang sudah disebutkan diatas. Pasien biasanya mengalami depresi tetapi masih dapat beraktivitas
¨      Sedang : Empat atau lebih gejala diatas biasanya ditemukan dan pasien biasanya mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas biasanya
¨      Berat : Episode depresi berat dengan gejala psikosa
Episode depresi seperti diatas tetapi disertai adanya halusinasi, waham, kemunduran psikomotor, atau stupor yang berat,  dimana tidak mungkin melakukan aktivitas sosial yang umum., dapat membahayakan diri dengan usaha bunuh diri, dehidrasi, atau kelaparan. Halusinasi atau waham yang utama tidak dapat menjadi mood yang sejalan.
F45
Gangguan somatoform
¨      Kelainan somatisasi
Ciri- ciri utama adalah banyak, berulang kali, dan sering bergantinya gejala- gejala jasmani dalam waktu sedikitnya dua tahun. Kebanyakan pasien memiliki sejarah yang panjang dan kompleks dalam hubungan dengan perawatan medis primer dan spesialis, yang banyak penyelidikan negatif atau kegagalan operasi  telah dilakukan. Gejala- gejala dapat ditujukan kepada bagian atau sistem tubuh yang mana saja. Kejadian pada kelainan kronis dan fluktuatif, dan sering disertai gangguan prilaku sosial, beberapa orang, dan keluarga. Jangka waktu singkat (kurang dari dua tahun) dan pola gejala yang kurang menyerang harus diklasifikasikan dalam penyakit badan yang tidak dibedakan. Kelainan psikomatic banyak. Tidak termasuk: sakit untuk menghindari tugas  (rangsangan sadar )

F48
Gangguan emosi (neurotik/psisomatik) lainnya
¨      Gejala utama : anxietas/kecemasan, yang dialami atau diekspresikan secara langsung atau diubah menjadi gejala, seperti : Depresi, Disfungsi seksual, Phobia, Obsesi
F79
Retardasi Mental tidak spesifik
¨      Kedaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang teruatama oleh adanya hambatan ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
VI
PENYAKIT SUSUNAN SARAF
G00
Meningitis bakterialis
¨      Panas, kaku kuduk, kejang klonik, kesadaran menurun reflek patologi positif. Pemeriksaan laboratorium pada cairan serebrospinal (tulang belakang) dapat ditemukan bakteri penyebab meningitis.
G40-G41
Epilepsi
¨      Kejang yang dimulai dengan hilangnya kesadaran, hilangnya kendali terhadap gerak dan terjadinya kejang tonik atau klonik pada anggota badan
¨      Nafas mendekur, mulut berbusa
G43-G44
Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya
¨      Pada periode awal mungkin merasa gelisah, tidak nafsu  makan dan mudah tersinggung
¨      Nyeri kepala khas berdenyut, unilateral dan bertambah berat setelah aktifitas fisik.
¨      Mengeluh mual sampai muntah
G98
Gangguan lain pada Susunan Saraf yang tidak terklasifikasikan
¨       
VII
PENYAKIT PADA MATA DAN ADNEKSA
H10.9
Konjungtivitis
¨      Radang pada conjunctiva, jaringan mukosa tipis dan transparant yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian depan sklera sampai limbus dengan bagian liapatan diantaranya
¨      Mata merah, penglihatan tidak kabur, pedih, kelopak mata bengkak, terdapat korotan mata (secret).
H16.9
Keratitis
¨      Radang pada kornea
¨      Mata nyeri atau tarasa seperti ada benda asing, berair, silau.
¨      Penglihatan menjadi kabur atau ketajaman penglihatan menurun.
H25
Katarak senilis
¨      Kekeruhan lensa mata karena usia lanjut
¨      Penglihatan kabur secara perlahan-lahan.
¨      Melihat seperti terhalang asap / kabut.
¨      Mata tidak merah.
H26
Katarak lain tidak spesifik
¨      Kekeruhan lensa karena sebab lain (kongenital, trauman, infeksi)
¨      Katarak congenital : sejak lahir pupil berwarna putih dan lensa keruh.
¨      Katarak traumatic :
p  Penglihatan kabur secara perlahan-lahan
p  Melihat seperti terhalang asap / kabut
p  Ada riwayat trauma
p  Mata tidak merah
p  Katarak akibat penyakit sistemik (Misalnya :Diabetes Militus, therafi kortikosteroid)
H40
Glaukoma tidak spesifik
¨      Sakit kepala, muntah-muntah, mata merah
¨      Penglihatan kabur
¨      Tekanan bola mata meninggi (palpasi meningkat)
H52
Gangguan Refraksi dan Akomodasi
¨      Gangguan pembiasan sinar
¨      Secara fisiologis tidak tampak kelainan mata
¨      Myopia = Rabun Jauh (minus atau Plus)
p  Penglihatan jauh kabur
p  Membaca dan menonton Televisi terlalu dekat
¨      Presbyopia = Rabun dekat
p  Kalau mambaca perlu alat bantu kaca mata plus
p  Penglihatan dekat terganggu
p  Kepala pusing
p  Usia diatas 40 tahun.
H54
Buta dan Rabun
¨      BUTA : Tajam penglihatan <= 3/60 pada mataterbaik dengan koreksi terbaik
¨      RABUN : tajam penglihatan > 3/60 dan < 6/18 pada mata terbaik dengan koreksi terbaik
H57-H59
Gangguan Mata dan adneksa lainnya
Adalah gangguan mata lainnya  :
¨      Pterigium : pertumbuhan selaput di conjunctiva yang dapat mengenai kornea.
¨      Hordeolum : radang akut kelenjar minyak kelopak mata
¨      Chalazion : Radang khronis kelenjar minyak kelopak mata
¨      Blepharitis : Radang pinggir dan pada kelopak mata
¨      Uveitis : radang pada selaput pelangi mata
¨      Dacryocystitis : radang pada saluran air mata
¨      Dacryoadenitis : Radang pada kelenjar air mata
¨      Strabismus/juling : kelainan keseimbangan otot bola mata Endhoptalmitis (infeksi yang terjadi pada intraokuler setelah mengalami operasi atau trauma)
VIII
PENYAKIT TELINGA DAN PROSESUS MASTOIDEUS
H60
Otitis eksterna
Radang telinga luar akut maupun khronis yang disebabkan karena bakteri, jamur maupun virus
Klasifikasi Otitis Externa :
¨      Otitis Externa Sirkumskripta (Furunkel) ; merupakan radang folikel rambut yang disebabkan kuman stafilokokus aureus atau. S. Albus
¨      Otitis Externa Difus : dikenal sebagai swimmer ear, banyak terjadi saat udara panas dan kelembaban tinggi
¨      Otomikosis : merupakan radang karena jamur, banyak terdapat pada penduduk tropis dan penyebabnya aspergillus niger, candida albicans dan pityrosporum
¨      Otitis Externa Maligna : sering terdapat pada orang tua dengan diabetes mellitus, unilateral dengan penyebab pseudomonas
¨      Otitis Externa Eksim : merupakan radang khronis yang meluas dari liang telinga ke jaringan sekitranya akibat reaksi kerentanan kulit
H65
Otitis Media Nonsupurativa
¨      Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, Tuba eustachius, antrum dan sel mastoid.
¨      Klasifikasi Otitis media serosa akut (barotrauma) dan Otitis media serosa khronis (Glue Ear)
H66
Otitis Media Supurativa tidak spesifik
¨      Faktor penyebab non infeksi, missal alergi, inflamasi.
¨      Pendengaran terganggu.
¨      Sensasi cairan telinga
¨      Tinitus, vertigo (terkadang)
¨      Pemeriksaan otokopik tampak membran timpani : suram, mobilitas terganggu, cairan ditelingan tengah.
H70
Mastoiditis
Radang pada tulang mastoid akibat komplikasi OMSK
¨      Kegagalan terapi otitis media supuratif akut.
¨      Demam tinggi disertai keadaan umum lemah.
¨      Otoskopik : membran timpani perforasi, discharge purulen
¨      Penonjolan pada dinding posterosuperior liang telinga (saging)
¨      Udema daerah postaurikuler, lunak dan nyeri tekan.
H72
Perforasi membran timpani
¨      Pecahnya gendang telinga akibat infeksi atau trauma
¨      Demam, otalgia (nyeri telinga)
¨      Otoskopik : membran timpani merah, menonjol atau perforasi disertai discharge
H93
Gangguan telinga lain tidak spesifik
¨      Tuli kongenital : tuli pada bayi yang  disebabkan faktor yang mempengaruhi kehamilan maupun saat lahir
¨      Tuli akibat bising (noise induced hearing loss/NIHL) adalah ketulian akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu lama biasanya disebabkan bising lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf cochlea dan umumnya terjadi pada 2 telinga
¨      Presbikusis adalah tuli saraf jenis sensorineural (saraf) frekuensi tinggi terutama di atas 2000 Hz, terjadi pada usia lanjut  simetris 2 telinga
IX
PENYAKIT SISTEM PEMBULUH DARAH
I10
Hipertensi Primer (esensial)
¨      Meningkatnya tekanan darah sistolic > 140 mmHg dan atau diastolic > 95 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang), yang penyebabnya tidak diketahui/tidak diikuti oleh penyakit lainnya
I15
Hipertensi sekunder
¨      Hipertensi yang diakibatkan oleh kelainan/penyakit pada organ-organ tertentu atau penggunaan obat-obat tertentu jangka panjang (obat golongan kortikostreroid, pil kontrasepsi)
I20
Angina pektoris
¨      Penderita mengeluh nyeri dada
¨      Keluhan nyeri dada sebelah kiri atau tengah seperti tertekan, berat/diremas-remas, terbakar
¨      Lama serangan nyeri < 20 menit dan hilang bila istirahat
¨      Pada pemeriksaan EKG didapatkan gambaran depresi atau elevasi segmen ST
I21
Infark miokard Akut
¨      Nyeri dada seperti pada angina tetapi lama serangan nyeri > 20 menit dan tidak bisa hilang walaupun beristirahat.
¨      Bersifat khas, dapat diikuti dengan peningkatan kadar enzim jantung
I23-I25
Penyakit Jantung Iskemik lainnya
¨       
I26
Emboli paru
¨       
I50
Penyakit Gagal Jantung (Decompensatio Cordis)
¨       
I 63
Infark serebral
¨       
I 64
Stroke, tidak menyebut perdarahan atau infark.
¨      Gangguan neurologik berupa kelemahan atau kelumpuhan dapat berupa hemiparese, hemiplegia, hemiestesia dengan atau tanpa gangguan sensibilitas yang timbul secara mendadak
¨      Pada progressive stroke, gejala berkembang, meluas dan bertambah berat selama beberapa jam hingga beberapa hari sedangkan pada completed stroke, gejala neurologik tidak berkembang lagi
I 65-I69
Penyakit Serebrovaskular tidak spesifik
¨       
I 84
Hemoroid (Wasir)
¨       
I 95
Hipotensi tidak spesifik
¨      Tekanan darah di bawah normal
I 99
Penyakit Pembuluh darah lain tidak spesifik
¨       
X
PENYAKIT SYSTEM PERNAFASAN
J00-J06
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS AKUT
J00
Nasofaringitis Akuta (Common Cold)
¨      Diawali rhinitis dengan/tanpa conjuctivitis
¨      Demam, sakit kepala, nyeri menelan
¨      Pembesaran kelenjar Limfe leher
¨      Dinding pharynx hyperemis (merah)
J01
Sinusitis Akuta
¨      Nyeri pada daerah hidung, muka dan sakit kepala
¨      Sumbatan hidung, nasal discharge purulent dan berbau
¨      Mukosa kemerahan dan post nasal drip
¨      Udem periorbita (keadaan lanjut)
J02
Faringitis Akuta
¨      Infeksi terbatas pada kelenjar limphe faring dan tonsil, sering berasal dari sinusitis
¨      Demam. Nyeri telan, post nasal drip
¨      Faring merah dan udem
J03
Tonsilitis Akuta
¨      Nyeri menelan, demam, bau mulut.
¨      Tonsil membesar dan kemerahan
¨      Sering disertai pembesaran kelenjar limphe leher.
J04
Laringitis  dan Trakeitis Akuta
¨      Sering pada anak umur < 5 thn
¨      Demam Didahului oleh infeksi saluran nafas akut
¨      Batuk khas (serak, menggonggong) non produktif disertai sesak napas, gejala menghebat pada malam hari
J06
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak spesifik
¨      Didahului oleh infeksi saluran nafas akut
¨      Batuk khas diikuti oleh sesak napas yang makin berat, suara sesak (stridor)
¨      Sakit berat, gelisah, duduk posisi tegak diikuti dengan liur menete drooling
J09-J18
INFLUENZA  DAN  PNEUMONIA
J09
Suspek Avian Influenza/ Flu Burung
¨      gejala demam (suhu > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan :
  • o Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit KLB Flu Burung
  • o Kontak dengan kasus konfirmasi Flu Burung dalam masa penularan
  • o Bekerja pada satu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita Flu Burung
J10-J11
Influenza
¨      virus akut yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nafsu makan hilang disertai gejala local berupa rasa menggelitik sampai nyeri tenggorokan kadang batuk kering, hidung tersumbat, bersin dan ingus encer disertai faringitis.
¨      Biasanya sembuh sendiri dalam 3 – 5 hari.
¨      Tenggorokan tampak hyperemia.
¨      Dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hyperemia.
¨      Sekret dapat bersifat serius, seromukus atau muko purilen bila ada infeksi sekunder.
J18.0
Broncho Pneumonia tidak spesifik
¨      Gejala umum infeksi adalah demam, sakit kepala, lesu
¨      Gejala umum penyakit sal. Napas bawah : takipneu, dispneu, retraksi dinding dada bawah atau napas cuping hidung, sianosis
¨      Batuk yang mungkin kering atau berdahak mukoporulent bahkan mungkin berdarah
J12-16, J18.9
Pneumonia
¨      Gejala umum infeksi adalah demam, sakit kepala lesu dll.
¨      Tachypneu, dispneu, retraksi dinding dada bawah atau nafas cuping hidung, sianosis
¨      Tanda Pneumonia : perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronchi basah halus nyaring pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif.
¨      Batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen bahkan mungkin berdarah.
J20-J22
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH AKUT LAINNYA
J22
Infeksi saluran pernafasan bawah akut tidak spesifik
¨       
J30-J99
PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN LAINNYA
J 30.3
Alergi Rhinitis akibat kerja
¨       
J 32
Sinusitis Kronik
¨      Sakit kepala, nyeri tekan di daerah sinus
J36-J39
Penyakit Saluran Pernafasan Bagian Atas lainnya
¨       
J40
Bronchitis tidak ditentukan akut atau kronik
¨      Batuk lama
¨      Sputum produktif
¨      Lama 3 bulan pertahun, selama 2 tahun berturut-turut
J45
Asma
¨      Sesak nafas disertai suara wheezing (mengi) akibat kesulitan ekspirasi cyanosis bila berat
¨      Pada auskultasi terdengar wheezing dan akspirasi memanjang.
¨      Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot Bantu pernafasan dan sianosis dikenal sebagai status asmatikus yang dapat berakibat fatal, retraksi intercostals
¨      Hipersonor.
J46
Status Asthmatikus
¨       
J47
Bronkiektasis dan Bronkiolektasis
¨       
J84.9
Penyakit Jaringan Interstitial Paru lainnya
¨       
XI
PENYAKIT SISTEM PENCERNAKAN
K02
Karies gigi
¨      Awal kerusakan gigi tampak kehitaman dibagian permukaan pit, fssure atau interproksimal gigi.
¨      Pada sondasi tersangkut
¨      Pada kerusakan gigi lebih lanjut, tampak gigi berlubang yang dapat meluas dari lapisan email sampai dentil, tetapi belum mengenai jaringan pulpa. Dapat juga mengenai semen gigi.
¨      Penderita tidak selalu mengeluh dengan rangsangan makanan/minuman manis, asam, panas dan dingin
K04
Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal
¨      Gigi berlubang sudah mengiritasi jaringan pulpa (Hyperraemi Pulpa).
¨      Terasa nyeri berdenyut terus menerus.
¨      Terasa sakit bila ada rangsangan asam, manis, dingin dan panas atau tanpa rangsangan.
¨      Pada keadaan lanjut kerusakan dapat mengenai jaringan pulpa dan jaringan periapikal (gangren pulpa, periodontitis apikalis).
¨      Jika menguyah terasa sakit dan mengganjal
¨      Pada perkusi / druk terasa sakit.
K05-K06
Penyakit Gusi, jaringan Periodontal dan tulang alveolar
¨      Radang gusi
¨      Gusi berwarna merah
¨      Mulut berbau
¨      Tampak adanya saku gusi
¨      Tidak terasa nyeri kadang terasa gatal
¨      Pada keadaan lanjut terjadi periodontitis marginalis (bukan penyebab gigi karies).
¨      Adanya saku gusi yang dalam dan gusi tampak kotor (karang gigi dan stain)
¨      Termasuk rdang gusi geraham bungsu (pericoronitis) gejala yang tampak : merah, demam, sukar membuka mulut dan abses.
K07
Kelainan dentofasial termasuk maloklusi
¨      Gigi goyang bahkan bisa sampai tanggal akibat penyakit sistemik (antara lain : Diabetes Mellitus).
¨      Gigi tanggal akibat kecelakaan penyakit periodontal.
K08
Gangguan Gigi dan jaringan penunjang lainnya
¨      Kista ronga mulut, penyakit rahang, kelenjar ludah, stomatitis, penyakit bibir dan mukosa mulut, dan penyakit pada lidah.
K09
Penyakit rongga mulut, kelenjar ludah, rahang dan lainnya.
¨       
K25
Tukak Lambung
¨       
K29.9
Gastroduodenitis tidak spesifik
¨       
K 30
Dispepsia
¨       
K35
Apendisitis Akuta tidak spesifik
¨      Nyeri perut biasanya  dimulai di epigastrium, kemudian berpusat di letak apendiks
K36
Apendisitis lainnya
¨       
K40
Hernia Inguinalis
¨       
K41
Hernia  Femoralis
¨       
K42
Hernia  Umbilikalis
¨       
K63
Penyakit Usus Halus lainnya
¨       
K76
Penyakit Hati lainnya
¨       
K92
Penyakit Sistem Pencernaan tidak spesifik
¨       
XII
PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN SUBKUTAN
L01
Impetigo
¨       
L02
Abses, furunkel, karbunkel kutan
¨       
L23-L25
Dermatitis kontak
¨      Akibat kontak dengan zat kimia, protein, bakteri atau virus
¨      Gatal, Ruam kulit
L30.9
Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema)
¨      Gatal
¨      Ruam kulit
L98.
Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan.
¨       
XIII
PENYAKIT SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN JARINGAN IKAT
M10
Gout
¨      Serangan nyeri sendi akut pada satu sendi
¨      Sendi terlihat tampak bengkak, hangat, kemerahan, dengan kulit di atasnya teregang
M13
Artritis lainnya
¨      Nyeri sendi, bengkak, merah
¨      Nyeri pada saat bergerak
¨      Sendi-sendi kaku
¨      Lemah, nafsu makan hilang
¨      Kaku seluruh badan
¨      Nyeri biasanya timbul bila udara dingin (pada artritis rematoid)
M54.5
Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)
¨      Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.
¨      Adanya nyeri pada punggung bawah yang timbul tak tergantung dengan waktu siang atau malam, memberat terutama bila berjalan, batuk ataupun mengejan.
M79.0
Rematisme, tidak spesifik
¨      Nyeri sendi, bengkak, merah
¨      Nyeri pada saat bergerak
¨      Sendi-sendi kaku
¨      Lemah, nafsu makan hilang
¨      Nyeri biasanya timbul bila udara dingin (pada artritis rematoid)
M79.1
Myalgia
¨       
M79.2
Neuralgia dan Neuritis, tidak spesifik
¨       
XIV
PENYAKIT SISTEM SALURAN KEMIH DAN KELAMIN
N04
Sindroma Nefrotik
¨      Udem
¨      Ditemukan proteinuria, hypoalbuminemia dan hyperkolesterolemia, kadang terdapat juga uremia
N17
Gagal Ginjal Akuta
¨       
N20-N21
Batu sistem kemih(ginjal,ureter, saluran kemih bawah)
¨      Warna kemih normal / merah seperti air cucian daging.
¨      Reaksi anak kecil terhadap nyeri ini khas sekali: menarik batang penisnya ketika berkemih, kencing keruh kadang merah.
N23
Kolik ginjal tidak spesifik
¨      Nyeri hebat di pinggang yang memancar ke kemaluan dan paha disertai mual, muntah, keringat dingin.
N30
Sistitis
¨      Sering kencing, terasa panas dan sakit.
¨      Rasa ingin kencing keruh
¨      Pada anak sering disertai demam ringan.
¨      Kadang kencing berdarah.
N 34
Uretritis dan sindrom uretral
¨       
N40-N42
Gangguan prostat
¨       
XV
KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
O00
Kehamilan ektopik (di luar kandungan)
¨       
O03
Abortus spontan
¨      Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan, atau keluarnya janin dengan berat kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
¨      Berdasarkan bagian janin yang keluar dari kandungan, abortus dapat dibagi menjadi : Abortus Inkompletus dan Abortus Kompletus.
¨      Gejala Abortus Inkompletus:
p  Perdarahan pervagina pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan sebagian hasil konsepsi telah keluar.
p  Pada pemeriksaan dalam terlihat kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat Pada pemeriksaan dalam terlihat kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau menonjol dari ostium uteri ekstem
¨      Gejala Abortus Kompletus :
p  Keluarnya gumpalan darah pervagina pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
p  Uterus telah mengecil.
p  Pada pemeriksaan dalam terlihat ostium uteri telah menutup.
¨      Perdarahan masih ditemukan, tetapi jumlahnya tidak banyak.
O04
Abortus atas indikasi medis
¨       
O05
Abortus lainnya
¨       
O10
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan menjadi penyulit pada masa kehamilan, persalinan dan nifas.
¨       
O13
Pre-eklamsia ringan
¨      Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan.
¨      Gejala :
p  Tekanan darah 140/90 mmHg sampai dengan 160/110 mmHg
p  Protein dalam urine
p  Penglihatan kabur
p  Muntah-muntah.
p  Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan
p  Kesadaran menurun.
O14.0
Pre-eklamsia sedang
¨      Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan.
¨      Gejala :
p  Tekanan darah 140/90 mmHg sampai dengan 160/110 mmHg
p  Protein dalam urine
p  Penglihatan kabur
p  Muntah-muntah.
p  Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan
p  Kesadaran menurun.
O14.1
Pre-eklamsia berat
¨      Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan.
¨      Gejala :
p  Tekanan darah lebih dari / diatas 160/110 mmHg
p  Protein dalam urine
p  Penglihatan kabur
p  Muntah-muntah.
p  Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan
p  Kesadaran menurun.
O15.0
Eklamsia selama Kehamilan
¨      Keadaan pada masa kehamilan dengan kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg yang terjadi akibat kehamilan.
¨      Gejala :
p  Tekanan darah 140/90 mmHg (pre-eklamsia ringan = sampai dengan 160/110 mmHg, Pre-eklamsia berat = lebih dari 160/110 mmHg)
p  Protein dalam urine ( + 2 atau lebih)
p  Penglihatan kabur
p  Muntah-muntah.
p  Eudema pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan
p  Kesadaran menurun.
p  Kejang-kejang pada Bumil biasanya pada trimester ketiga atau pada saat persalinan / masa nifas.
O15.1
Eklamsia dalam proses Melahirkan
¨       
O15.2
Eklamsia pada Masa Nifas
¨       
O15.3
Eklamsia tidak spesifik (selama kehamilan atau persalinan atau nifas)
¨       
O16
Hipertensi Maternal
¨       
O21
Muntah berlebihan selama masa kehamilan (Hiperemisis)
¨      Muntah berlebihan pada kehamilan
O24
Diabetes Mellitus (Penyakit Kencing Manis) dalam kehamilan
¨       
O25
Kehamilan dengan malnutrisi
¨       
O42
Ketuban Pecah Dini
¨       
O46
Perdarahan Antepartum
¨      Perdarahan pervagina yang terjadi pada kehamilan diantara umur kehamilan 28 minggu sampai sebelum kelahiran bayi
¨      Komplikasi kehamilan ini merupakan keadaan gawat darurat kebidanan, karena dapat mengakibatkan kematian ibu maupun janin dalam waktu singkat.
¨      Penyebab perdarahan antepartum pada umumnya karena Plasenta Previa dan Solusio Placenta.
¨      Gejala Placenta Previa :
p  Perdarahan per-vagina pada kehamilan 28 minggu atau lebih.
p  Jumlah perdarahan mungkin sedikit atau banyak tergantung luasnya insersi placenta yang terlepas.
p  Jumlah perdarahan sesuai dengan keadaan umum (bila sedikit keadaan umum pasien baik, bila banyak keadaan umum pasien memburuk).
p  Warna darah merah segar.
p  Perut tidak tegang dan tidak ada nyeri perut.
¨      Gejala Solusio Placenta :
p  Perdarahan per-vagina pada kehamilan 28 minngu atau lebih.
p  Jumlah darah yang keluar tidak sesuai dengan keadaan umum penderita (perdarahan yang keluar mungkin sedikit, tetapi pasien menunjukan tanda-tanda syok).
p  Warna darah merah tua (darah lama).
p  Perut tegang dan nyeri perut.
p  Bagian-bagian janin sulit dipalpasi.
O63
Persalinan (Partus) lama
¨      Keadaan persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam (sejak inpartu)
¨      Gejalanya :
p  Pembukaan servik tidak bertambah dengan berlalunya waktu yaitu :
  • Pembukaan serviks tetap 3 cm setelah 8 jam inpartu.
  • Pembukaan yang belum lengkap setelah 18 jam inpartu
p  Pada partograf, garis pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis waspada
O68
Persalinan dengan penyulit gawat janin
¨       
O72
Perdarahan setelah persalinan
¨      Perdarahan lebih dari 500 ml yang terjadi pada Kala III persalinan, yang dapat terjadi sebelum atau setelah lahirnya plasenta.Merupakan jenis komplikasi perdarahan yang sering terjadi dan merupakan keadaan gawat darurat kebidanan yang menjadi penyebab utama kematian ibu .
¨      Penyebab perdarahan post partum yang paling sering adalah : Atonia Uteri, Sisa Plasenta atau Retensio Plasenta dan Robekan Jalan Lahir.
¨      Gejalanya :
p  Perdarahan pervagina lebih dari 500ml atau 2 gelas, yang terjadi pada Kala III persalinan (setelah anak lahir).
p  Tekanan darah menurun sampai syok.
¨      Keadaan umum ibu melemah dan pucat.
O80
Persalinan tunggal spontan
¨       
XVI
KONDISI TERTENTU YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL
P05
Pertumbuhan janin lambat dan malnutrisi janin
¨       
P 07
Gangguan yang berhubungan dengan pendeknya masa gestasi (kehamilan) dan berat badan lahir rendah, tidak terklasifikasikan di tempat lainnya
¨       
P21
Asfiksia waktu lahir
¨      Bayi yang pada masa lahir mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) yang ditandai dengan nilai APGAR waktu lahir kurang dari 7.
P22
Sindrome distres saluran pernafasan (RDS)
¨       
P29
Gangguan kardiovaskuler yang berhubungan dengan masa perinatal
¨       
P 50
Kehilangan darah janin
¨       
P 55
Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir
¨       
P 58
Jaundis pada bayi baru lahir disebabkan oleh hemolisis berlebihan
¨       
P 59
Jaundis pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh penyebab tidak spesifik lainnya
¨       
P 95
Lahir Mati
¨      Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan tidak terdengar detik jantung, tidak teraba denyut tali pusat, tidak bernafas atau tidak ada gerakan).
XVII
KELAINAN BAWAAN, KELAINAN PEMBENTUKAN DAN KHROMOSOM
Q 35
Celah palatum (langit-langit)
¨      Merupakan kelainan yang disebabkan oleh  bawaan, atau gangguan pada masa pembentukan rahang janin dalam kandungan. Manifestasi dalam rongga mulut :
p  Celah pada bibir, bisa unilateral atau bilateral
p  – Celah pada langit-langit ( palatum) bisa sederhana atau kompleks.
Q 36
Celah bibir

Q 37
Celah palatum dengan celah bibir

Q 38
Kelainan bawaan lain pada lidah, mulut dan faring
Merupakan kelainan bawaan, selain celah palatum, celah bibir dan celah palatum dengan celah bibir

XVIII
GEJALA, TANDA dan PENEMUAN SECARA KLINIK DAN  LABORATORIUM YANG TIDAK DIKLASI FIKASIKAN DI TEMPAT LAIN
R 10
Nyeri pinggul dan perut
¨       
R 15
Inkontinensia feses
¨       
R 33
Retensi urin
¨       
R 50
Demam yang tidak diketahui sebabnya
¨       
R 56
Kejang yang tidak terklasifikasikan di tempat lain
¨       
R 68
Gejala dan tanda umum lainnya
¨       
XIX
CEDERA, KERACUNAN DAN PENYEBAB EKSTERNAL LAIN
S00-S09
Cedera pada kepala
¨      Cukup jelas
S10-S19
Cedera pada leher
¨      Cukup jelas
S20-S29
Cedera pada rongga dada (toraks)
¨      Cukup jelas
S30-S39
Cedera pada perut, punggung, tulang belakang,  dan pinggul
¨      Cukup jelas
S40-S49, S50-S59, S60-S69
Cedera pada bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan dan  telapak tangan
¨      Cukup jelas
S70-S79,S80-S89, S90-S99
Cedera pada paha, lutut, kaki bagian bawah, telapak kaki
¨      Cukup jelas
S42, S52, S62, S82, S92, T10,T12
Fraktur tulang anggota gerak
¨      Cukup jelas
T00-T07
Cedera pada daerah badan multipel
¨      Cukup jelas
T20-T32
Luka bakar dan korosi
¨      Cukup jelas
T36-T50
Keracunan obat dan preparat biologik
¨      Cukup jelas
T51 – Tt50
Efek toksik bahan non medisinal (bukan obat)
¨      Nek, muntah, pusing, abd cramps,diare, shock
T61, T62
Efek toksik bahan beracun lainnya yang dimakan sebagai makanan
¨      Mual, pusing, muntah, diare, kejang
T60
Keracunan pestisida
¨      Mual, pusing, muntah, diare, kejang
XXII
PENYAKIT BARU DENGAN ETIMOLOGI YANG BELUM JELAS
U04
Severe acute respiratory syndrome (SARS)
¨      Sindroma gangguan pernafasan yang terjadi mendadak dan dapat menjadi berat (hingga dapat menyebabkan kematian) disebabkan oleh virus corona

Penyakit Lain-Lainnya


  1. 1.       LAPORAN  BULANAN  KIA/KB  (LB 3 – KIA / KB)

A.    IBU HAMIL
1.  Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1) Akses adalah jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan tanpa melihat umur kehamilan, baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah, Rumah Sakit Pemerintah/ Swasta dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Rumus perhitungan Cakupan K1 akses adalah :
Jumlah kunjungan baru ibu hamil (K1) akses
X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
2.     Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1) Murni  adalah jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu, baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah, Rumah Sakit dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan minimal (5T), yaitu:
Ÿ  Timbang Berat badan dan ukur tinggi badan;
Ÿ  ukur Tekanan Darah,
Ÿ  pemberian imunisasi Tetanus Toxoid,
Ÿ  ukur Tinggi Fundus Uteri,
Ÿ  Pemberian Tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan.
Rumus perhitungan Cakupan K1 Murni adalah :
Jumlah kunjungan baru ibu hamil (K1) Murni
X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
3.     Kunjungan ibu hamil (K4) adalah jumlah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan ke-4 (atau lebih)  baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (Posyandu, Polindes, Kunjungan rumah, Rumah Sakit dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan minimal (5T) dengan syarat :
Ÿ  minimal satu kali kontak pada triwulan I,
Ÿ  minimal satu kali kontak pada triwulan II,
Ÿ  minimal 2 kali kontak pada triwulan III.
Rumus perhitungan Cakupan K4 adalah :
Jumlah kunjungan ibu hamil keempat (K4)
X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
4.     Penjaringan (deteksi risiko) :
  1. a.       Penjaringan (deteksi risiko) ibu hamil oleh tenaga kesehatan adalah ditemukannya ibu hamil berisiko/ komplikasi oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) baik didalam gedung maupun diluar gedung.
Rumus perhitungan Cakupan adalah :
Jumlah ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh Nakes
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
  1. b.       Penjaringan (deteksi risiko) ibu hamil oleh masyarakat adalah ditemukannya ibu hamil berisiko/ komplikasi oleh masyarakat dan bisa dinilai oleh masyarakat (kader, paraji).
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh dukun bayi/ kader ke tenaga kesehatan
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
Catatan : Ibu Hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi (Pedoman PWS-KIA th 2004)
Risiko tinggi/ komplikasi pada kehamilan meliputi :
Ÿ  Hb< 8 gr % ; Tekanan darah tinggi (sistole> 140 dan diastole > 90 mmHg);
Ÿ  Oedema yang nyata;
Ÿ  Eklampsia ( keracunan kehamilan) dengan gejala kejang-kejang, tekanan darah tinggi, kesadaran menurun ;
Ÿ  perdarahan per vaginum;
Ÿ  ketuban pecah dini;
Ÿ  letak lintang pada umur kehamilan >32 mingu;
Ÿ  letak sungsang pada primigravida;
Ÿ  infeksi berat/sepsis;
Ÿ  persalinan prematur
Ÿ  kehamilan ganda;
Ÿ  janin yang besar;
Ÿ  penyakit kronis pada ibu seperti jantung, paru, ginjal, dll;
Ÿ  riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan
Catatan (Draf SPM 2007):
-       Komplikasi kebidanan yang dimaksud adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/ atau bayi
-       Komplikasi dalam kehamilan :
  1. a.       Abortus
  2. b.       Hiperemesis gravidarum
  3. c.        Perdarahan per vaginam
  4. d.       Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia)
  5. e.       Kehamilan lewat waktu
  6. f.         Ketuban pecah dini
-       Komplikasi dalam persalinan :
  1. a.       Kelainan letak/ presentasi janin
  2. b.       Partus macet/ distosia
  3. c.        Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia)
  4. d.       Perdarahan pasca persalinan
  5. e.       Infeksi berat/ sepsis
  6. f.         Kontraksi dini/ persalinan prematur
  7. g.       Kehamilan ganda
-       Komplikasi dalam nifas :
  1. a.       Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia)
  2. b.       Infeksi nifas ;
  3. c.         Perdarahan nifas

5Penanganan Komplikasi Obstetri (Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani) adalah jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan risiko tinggi/ komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar ditingkat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK).
Rumus  Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah kasus komplikasi obstetri/kebidanan (bumil, bulin, nifas) yang ditangani disarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
6. Ibu Hamil dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah ibu hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dapat ditangani/ dilayani di pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK) dan selamat
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah ibu hamil yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi yg dilayani di pelayanan dasar  & rujukan dan selamat
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
7.     Ibu Hamil dengan komplikasi yang dirujuk adalah jumlah ibu hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah ibu hamil yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
8.     Ibu hamil dengan komplikasi ditangani tetapi meninggal adalah jumlah ibu hamil yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan kemudian meninggal baik disarana pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.

C.    IBU BERSALIN DENGAN KOMPLIKASI OBSTETRI
1.     Ibu bersalin dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah ibu bersalin yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dapat ditangani/ dilayani di pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK) dan selamat
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah ibu Bersalin yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi yg dilayani di pelayanan dasar  & rujukan dan selamat
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
2.     Ibu bersalin dengan komplikasi yang dirujuk adalah jumlah ibu bersalin yang mengalami risiko tinggi/komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Rumus perhitungan adalah :
Jumlah ibu Bersalin yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
3.     Ibu bersalin dengan komplikasi ditangani tetapi meninggal adalah jumlah ibu bersalin yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan kemudian meninggal baik disarana pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.

D.    IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI OBSTETRI
1. Ibu nifas dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah ibu nifas yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dapat ditangani/ dilayani di pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, RB, RSIA/RSB,RSU, RSU PONEK) dan selamat
Rumus perhitungan adalah :
Jumlah ibu Nifas yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi yg dilayani di pelayanan dasar  & rujukan dan selamat
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

2.     Ibu nifas dengan komplikasi yang dirujuk adalah jumlah ibu nifas yang mengalami risiko tinggi/komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah ibu Nifas yg mengalami risiko tinggi/ komplikasi dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
X 100%
20% Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

3.     Ibu nifas dengan komplikasi ditangani tetapi meninggal adalah jumlah ibu nifas yang mengalami risiko tinggi/ komplikasi yang ditangani dan kemudian meninggal baik disarana pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.
4.     Jumlah Persalinan berdasarkan Penolong Persalinan
  1. a.       Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten  yaitu : dr SpOG, dr umum dan bidan.
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan
X 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun
  1. b.       Pertolongan persalinan oleh dukun adalah pelayanan persalinan yang ditolong  oleh dukun paraji.
Rumus Cakupan perhitungan adalah :

Jumlah ibu bersalin ditolong oleh dukun paraji
X 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun
  1. c.        Pertolongan persalinan lain-lain adalah pelayanan persalinan yang ditolong selain oleh tenaga kesehatan kompeten dan dukun.
Rumus  Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah ibu bersalin ditolong oleh selain tenaga kesehatan kompeten dan dukun
X 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun

5.    Jumlah Persalinan Berdasarkan Tempat Persalinan.
  1. Jumlah Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan adalah jumlah persalinan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti polindes/ poskesdes, pustu, puskesmas, rumah bersalin/klinik bersalin, Bidan Praktek Swasta, Rumah Sakit.
  2. Jumlah Persalinan di rumah adalah jumlah persalinan yang dilakukan rumah pasien.
  3. Jumlah Persalinan di tempat lain-lain adalah jumlah persalinan yang terjadi selain di fasilitas pelayanan kesehatan dan rumah pasien (seperti di perjalanan dan lain-lain). 
6.      Kunjungan nifas (KF 1)  adalah pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7 hari.
7.      Kunjungan Ibu Nifas (KF Lengkap) adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan yang berkompeten minimal 3 kali sesuai jadwal untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan desa/polindes dan kunjungan rumah), termasuk pemberian vitamin A 2 kali dan persiapan KB pasca persalinan, dengan ketentuan :
  1. Kunjungan nifas (KF 1) pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7 hari.
  2. Kunjungan nifas (KF 2) dalam waktu 2 minggu (8-14 hari) setelah persalinan.
  3. Kunjungan nifas (KF 3) dalam waktu 6 minggu (35-42) hari setelah persalinan
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah pelayanan ibu nifas oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali sesuai jadwal
X 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin dalam satu tahun
8.      Jumlah kematian ibu maternal adalah Jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh penyebab langsung pada kehamilan, persalinan dan nifas (perdarahan, eklamsia, infeksi) maupun tidak langsung  seperti penyakit asma, penyakit jantung, dll.
  1. Kematian ibu maternal karena pendarahan : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh pendarahan baik antepartum, intrapartum maupun postpartum.
  2. Kematian ibu maternal karena partus lama : Jumlah kematian ibu pada persalinan kala II yang disebabkan karena penanganan yang tidak adekuat.
  3. Kematian ibu maternal karena infeksi : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh infeksi
  4. Kematian ibu maternal karena eklamsia : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh eklamsia
  5. Kematian ibu maternal karena abortus : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh abortus.
  6. Kematian ibu maternal karena lain-lain : Jumlah kematian ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh keadaan maupun penyakit lainnya

D. NEONATAL, BAYI DAN ANAK BALITA
  1. Kelahiran Bayi adalah jumlah semua kelahiran bayi di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu
a.  BB Bayi lahir < 2.500 gram adalah jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
b.  BB Bayi lahir ≥ 2.500 gram adalah jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 2.500 gram
  1. Bayi Lahir hidup : Jumlah bayi lahir hidup baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes, di rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas)
  2. Bayi Lahir Matiadalah jumlah bayi yang pada waktu dilahirkan sudah dalam keadaan mati atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan (tidak terdengar detik jantung, tidak teraba denyut tali pusat, tidak bernafas atau tidak ada gerakan).
    1. Bayi Lahir Matiberdasarkan tempat persalinan
      1. Jumlah Bayi Lahir Mati di rumah adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di rumah.
      2. Jumlah Bayi Lahir Mati di pustu/ polindes adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di pustu/polindes
      3. Jumlah Bayi Lahir Mati di Puskesmas adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di puskesmas
      4. Jumlah Bayi Lahir Mati di RS/RB/BPS adalah bayi lahir mati yang persalinannya dilakukan di RS/RB/BPS.
      5. Kunjungan Neonatal hari ke 1 (KN1) adalah jumlah neonatus  umur  24 jam – 2 hariyang  kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai dengan standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas)
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada umur ≥ 24 jam – 2 hari
X 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun

  1. Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap)adalah jumlah neonatal yang mendapatkan pelayanan sesuai standar 3 kali (KN1, KN2, KN3), dengan ketentuan :
    1. a.       Kunjungan neonatal hari ke-1 (KN 1) adalah jumlah neonatus  umur ≥ 24 jam – 2 hariyang  kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai dengan standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas)
    2. b.       Kunjungan neonatal hari ke-3 (KN 2) adalah jumlah kunjungan neonatus umur 3-7 hari yang  kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas)
    3. c.       Kunjungan neonatal hari ke 8-28 (KN 3) adalah jumlah kunjungan neonatus umur 8-28 hari yang  kontak dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal sesuai standar, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, Polindes, kunjungan rumah, Rumah Sakit pemerintah/ swasta, RB, dan Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja puskesmas).
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah neonatus yang mendapatkan KN Lengkap
X 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun
  1. Neonatal dengan komplikasi yang ditangani adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditolong dan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter dan bidan) di sarana pelayanan kesehatan dasar maupun di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang itangani dari satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Sasaran neonatus dgn komplikasi  (15% dari jumlah bayi baru lahir)
Catatan : jika tidak diketahui jumlah bayi baru lahir maka sasaran neonatus dengan komplikasi dapat dihitung dari CBR X jumlah penduduk (BPS kab/ kota)
  1. Neonatal dengan komplikasi yang tertangani/ selamat adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang dapat ditolong dan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter dan bidan) di sarana pelayanan kesehatan dasar maupun di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dan selamat.
  2. Neonatal dengan komplikasi yang dirujuk  adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
  3. Neonatal dengan komplikasi yang meninggal  adalah jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani dan kemudian meninggal baik di sarana pelayanan kesehatan dasar ataupun di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
  4. Kematian neonatal dini (0-7 hr)adalah jumlah kematian  neonatus  umur 0-7 hari, yang disebabkan oleh komplikasi neonatus.
    1. a.    Kematian Neonatal karena BBLR  adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gr).
    2. b.    Kematian Neonatal karena Asphyxia  adalah jumlah kematian neonatus 0-7 hari  yang disebabkan karena asphyxia (gangguan pernafasan).
    3. c.    Kematian Neonatal karena Tetanus Neonatorum  adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena penyakit tetanus neonatorum (kejang-kejang).
    4. d.    Kematian Neonatal karena infeksi  adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena mengalami infeksi.
    5. e.    Kematian Neonatal karena masalah gangguan pemberian ASI  adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah gangguan pemberian ASI, misalnya : tersedak, aspirasi pneumonia, dll
    6. f.     Kematian Neonatal karena masalah hematologi adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah hematologi, misalnya :kelainan rhesus, gangguan pembekuan darah, dll
    7. g.    Kematian Neonatal karena lain-lain  adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan selain penyebab diatas


  1. Kematian Neonatal Lanjut (8-28 hr)adalah jumlah kematian  neonatus  umur 8-28 hari, yang disebabkan oleh komplikasi neonatus.
    1. a.     Kematian Neonatal karena BBLR adalah jumlah kematian neonatus umur 8-28 hari yang disebabkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gr).
    2. b.     Kematian Neonatal karena Pneumonia adalah jumlah kematian neonatus 8-28 hari  yang disebabkan karena pneumonia.
    3. c.      Kematian Neonatal karena Tetanus Neonatorum adalah jumlah kematian neonatus umur 8-28 hari yang disebabkan karena penyakit tetanus neonatorum (kejang-kejang).
    4. d.     Kematian Neonatal karena infeksi  adalah jumlah kematian neonatus umur 8-28 hari yang disebabkan karena mengalami infeksi.
    5. e.     Kematian Neonatal karena masalah gangguan pemberian ASI  adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah gangguan pemberian ASI, misalnya : tersedak, aspirasi pneumonia, dll .
    6. f.       Kematian Neonatal karena masalah hematologi adalah jumlah kematian neonatus umur 0-7 hari yang disebabkan karena masalah hematologi, misalnya : kelainan rhesus, gangguan pembekuan darah, dll
    7. g.     Kematian Neonatal karena lain-lain  adalah Jumlah kematian neonatal umur 8-28 hari yang disebabkan selain penyebab diatas tidak termasuk kecelakaan.
    8. Kunjungan Bayi (29 hari – 11 bulan) adalah jumlah kunjungan bayi umur 29 hari-11 bulan yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan minimal 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan kesehatan bisa diberikan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, RB dan RS pemerintah/ swasta) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan & pemeriksaan oleh tenaga kesehatan.
Pelayanan kesehatan :
Ÿ  Dalam keadaan sehat
Ÿ  Sudah diberi makanan pendamping ASI
Ÿ  Status imunisasi dasar lengkap
Ÿ  Gizi baik (BB sesuai umur, yaitu dalam warna hijau pada KMS tumbuh kembang)
Ÿ  Mengalami perkembangan sesuai dengan umurnya (SDIDTK)
Ÿ  Pemberian Vitamin A pada usia 6-12 bulan
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah bayi umur 1-12 bulan yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar, minimal 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

X 100%
Sasaran bayi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
  1. Kematian Bayi (29 hr-11 bln)adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena sebab-sebab sebagai berikut :
    1. Kematian Bayi Karena Pneumonia adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena Pneumonia
    2. Kematian Bayi karena Diare adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena Diare.
    3. Kematian Bayi karena Campak adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena Campak
    4. Kematian Bayi karena Tetanus adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena tetanus
    5. Kematian Bayi karena Kelainan Saluran Cerna adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena kelainan saluran cerna, misalnya :atresia ani, obstruksi/ ileus paralitik
    6. Kematian Bayi karena Kelainan Syaraf adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln karena kelainan syaraf, misalnya : meningitis, encephalitis
    7. Kematian Bayi karena lain-lain adalah jumlah kematian bayi umur antara 29 hari – 11 bln yang disebabkan selain penyebab diatas tidak termasuk kecelakaan.
    8. Kunjungan anak balitaadalah jumlah kunjungan anak balita (12 bln – 59 bln) yang memperoleh pemantauan pertumbuhan dan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan sesuai dengan standar baik di dalam gedung ataupun diluar gedung puskesmas. Pelayanan yang berikan meliputi :
      1. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak setiap bulan dan tercatat dalam KMS/ Buku KIA
      2. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik masar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali/tahun (setiap 6 bulan)
      3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali per tahun
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah anak balita (12 bln – 59 bln) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Sasaran anak balita di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

E.    KELUARGA BERENCANA
  1. Peserta KB Akseptor Baru
    1. a.       Jumlah Peserta KB Akseptor Baru dengan IUD  adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan alat kontrasepsi IUD.
    2. b.       Jumlah Peserta KB Akseptor Baru suntik  adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan obat kontrasepsi suntik.
    3. c.        Jumlah Peserta KB Akseptor Baru Pil  adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan obat kontrasepsi Pil.
    4. d.       Jumlah Peserta KB Akseptor Baru Implant  adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan alat kontrasepsi Implant.
    5. e.       Jumlah Peserta KB Akseptor Baru dengan MOW adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan metode operasi wanita.
    6. f.         Jumlah Peserta KB Akseptor Baru dengan MOP  adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan metode operasi pria.
    7. g.       Jumlah Peserta KB Akseptor Baru Kondom  adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan alat kontrasepsi kondom.
    8. h.       Jumlah Peserta KB Akseptor Baru lain-lain  adalah jumlah peserta KB baru yang menggunakan metode selain cara KB di atas.
    9. Peserta KB Akseptor Aktif 
      1. a.       Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif IUD adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih menggunakan alat kontrasepsi IUD dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan.
      2. b.       Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif suntik adalah jumlah peserta KB yang sampai saat ini masih memakai alat kontrasepsi suntikan dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan
      3. c.        Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif Pil adalah jumlah peserta KB yang sampai saat ini masih memakai alat kontrasepsi pil dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan
      4. d.       Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif Implant adalah jumlah peserta KB yang sampai saat ini masih memakai alat kontrasepsi implant dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan.
      5. e.       Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif MOW adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan cara Metoda Operasi Wanita dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan.
      6. f.         Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif MOP adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan cara Metoda Operasi Pria dan diperiksa serta dibina oleh tenaga kesehatan.
      7. g.       Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif Kondom adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan alat kontrasepsi kondom.
      8. h.       Jumlah Peserta KB Akseptor Aktif lain-lain adalah jumlah peserta KB yang hingga saat ini masih mempergunakan alat kontrasepsi selain alat kontrasepsi di atas atau cara lain yang dapat mencegah terjadinya konsepsi.
      9. Peserta KB dengan efek samping
        1. Peserta KB dengan efek samping IUD adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi IUD dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
        2. Peserta KB dengan efek samping Suntik adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Suntik  dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
        3. Peserta KB dengan efek samping Pil adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Pil dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
        4. Peserta KB dengan efek samping Implant adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Implant dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
        5. Peserta KB dengan efek samping MOW adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat   kontrasepsi MOW dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
        6. Peserta KB dengan efek samping MOP adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat   kontrasepsi MOP dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
        7. Peserta KB dengan efek samping Kondom adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakaian alat kontrasepsi Kondom dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
        8. Peserta KB dengan efek samping Metoda KB lain-lain adalah jumlah akseptor yang mengalami keluhan akibat pemakain alat  kontrasepsi   selain alat kontrasepsi diatas dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
        9. Peserta KB dengan Komplikasi
          1. Peserta KB dengan komplikasi IUD adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat pemakaian alat /obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          2. Peserta KB dengan komplikasi Suntik adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat pemakaian  obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          3. Peserta KB dengan komplikasi Pil adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat pemakaian  obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          4. Peserta KB dengan komplikasi Implant adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat pemakaian alat /obat kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          5. Peserta KB dengan komplikasi MOW adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat tindakan  kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          6. Peserta KB dengan komplikasi MOP adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat pemakaian tindakan  kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          7. Peserta KB dengan komplikasi Kondom adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat pemakaian alat  kontrasepsi dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          8. Peserta KB dengan komplikasi Metoda KB lain-lain adalah Jumlah akseptor yang mengalami  komplikasi akibat pemakaian alat /obat kontrasepsi selain alat kontrasepsi diatas dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
          9. Peserta KB dengan Kegagalan
            1. a.           Peserta KB dengan kegagalan IUD adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi IUD tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
            2. b.          Peserta KB dengan kegagalan Suntik adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi Suntik tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
            3. c.           Peserta KB dengan kegagalan Pil adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi Pil tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
            4. d.          Peserta KB dengan kegagalan Implant adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi Implant tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
            5. e.          Peserta KB dengan kegagalan MOW adalah jumlah akseptor dengan kontrasepsi MOW tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
            6. f.            Peserta KB dengan kegagalan MOP adalah jumlah akseptor dengan kontrasepsi     MOP tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
            7. g.          Peserta KB dengan kegagalan Kondom adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi Kondom tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.
            8. h.          Peserta KB dengan kegagalan metode kontrasepsi lain-lain adalah jumlah akseptor yang masih memakai alat kontrasepsi metode lain selain cara diatas tetapi terjadi kehamilan dan diperiksa oleh tenaga kesehatan.

  1. 2.       LAPORAN  BULANAN  GIZI  (LB 3 – GIZI)
    1. A.      BAYI
      1. Bayi (0 – 11 bl) dengan KMS (K) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang mempunyai KMS  bulan ini
      2. Bayi (0 – 11 bl)  Ditimbang (D) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang Ditimbang bulan ini
      3. Bayi (0 – 11 bl)  Naik Berat Badan (N) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang Naik  berat badannya bulan ini .
Berat Badan Naik  adalah:
¨     Berat badannya naik mengikuti pita warna pada KMS
¨     Pindah ke pita warna diatasnya
  1. Bayi (0-11 bl)  tidak Naik Berat Badan (T) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang Tidak naik berat badan  bulan ini
Berat badan tidak naik adalah:
¨     Bayi yang berat badannya turun
¨     Bayi yang berat badannya tetap
¨     Bayi yang berat badannya naik tetapi pindah ke pita warna dibawahnya
  1. Bayi (0-11 bl) yang tidak ditimbang bulan  lalu (O) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang ditimbang bulan ini, tetapi tidak ditimbang bulan lalu
  2. Bayi (0-11 bl) Baru  pertama kali ditimbang  (B) adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang baru pertama kali ditimbang bulan ini
  3. Bayi  (0 – 11 bl) B G M adalah Jumlah bayi umur 0 – 11 bl yang berada pada atau di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS  bulan ini
  4. Bayi  dengan ASI  Eksklusif adalah Jumlah bayi umur 6 bulan yang mendapatkan ASI saja pada bulan ini
  5. Bayi ( 6 – 11 bl)  yang mendapatkan Vitamin A dosis tinggi adalah Jumlah bayi umur 6-11 bulan yang mendapat 1 x kapsul vitamin A dengan dosis 100.000 SI (warna biru) pada bulan Februari atau Agustus
  6. Bayi (6-11 bulan) Gakin yang mendapat MP-ASI adalah Jumlah bayi 6-11 bulan dari Keluarga Miskin (Gakin) yg mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dengan porsi 100 gr/hr selama 90 hari. (Bentuk makanan bubuk/tepung)

  1. B.      BALITA
    1. Anak Umur 12 – 59 bulan dengan KMS (K) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang mempunyaiKMS  bulan ini
    2. Anak Umur 12 – 59 bulan yang  Ditimbang (D) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yangDitimbangbulan ini
      1. Anak Umur 12 – 59 bulan yang  Naik Berat Badan (N) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang Naik  berat badannya bulan ini
Berat Badan Naik  adalah:
¨     Berat badannya naik mengikuti pita warna pada KMS
¨     Pindah ke pita warna diatasnya
  1. Anak umur 12-59 bulan tidak naik berat badan (T) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang Tidak naikberat badan  bulan ini
Tidak naik berat badan adalah:
¨      Balita yang berat badannya turun
¨      Balita yang berat badannya tetap
¨      Balita yang berat badannya naik tetapi pindah ke pita warna dibawahnya
  1. Anak umur 12-59 bulan  yang tidak ditimbang bulan  lalu (O) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang ditimbang bulan ini, tetapi tidak ditimbang bulan lalu
  2. Anak umur 12-59 bulan  Baru  pertama kali ditimbang  (B) adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang baru pertama kali ditimbang bulan ini
  3. Anak Umur 12 – 59 bulan yang   BGM adalah Jumlah anak umur 12-59 bl yang berada pada atau di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS  bulan ini
  4. Anak  Umur 12 – 59 bulan  yang mendapatkan kapsul Vitamin A dosis tinggi adalah Jumlah anak umur 12-59 bulan yang mendapat 2 x kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 SI (warna merah) pada bulanFebruari atau Agustus
  5. Balita (12-24 bulan) Gakin yang mendapat MP-ASI adalah Jumlah anak  12-24 bulan dari Keluarga Miskin (Gakin) yg mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dengan porsi 120 gr/hr selama 90 hari. (Bentuk makanan padat)

  1. C.      IBU  HAMIL
    1. Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (Fe-1) adalah Jumlah ibu hamil yang mendapatkan  30 tablet Fe selama periode kehamilannya pada bulan ini
    2. Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (Fe-3) adalah Jumlah ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet Fe selama periode kehamilannya pada bulan ini
    3. Ibu Hamil KEK ( Lila < 23,5  cm) adalah Jumlah ibu hamil dengan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm. Pengukuran dilakukan pada tangan sebelah kiri kecuali pada yang kidal.
    4. Ibu Hamil dengan HB <  11 gram % adalah yaitu  ibu hamil dengan hasil pemeriksaan darah, kadar Hb < 11 gr %.

  1. D.      IBU NIFAS
    1. Ibu Nifas yang mendapatkan kapsul Vitamin A dosis tinggi adalah Jumlah ibu nifas yg mendapatkan 2x kapsul Vitamin A dengan dosis 200.000 SI (kapsul merah) yang diberikan sesaat setelah melahirkan dan setelah 24 jam berikutnya

  1. E.       GIZI BURUK
    1. Balita  Gizi Buruk adalah Jumlah balita (0-59 bulan) dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3sd atau="" dan="" dengan="" di="" disertai="" klinis="" kurun="" kwashiorkor="" li="" marasmus-kwashiorkor="" marasmus="" pada="" suatu="" tanda-tanda="" tertentu.="" waktu="" wilayah="">
¨     Tanpa gejala klinis adalah Jumlah Balita gizi buruk 0 – 59 bln tanpa gejala klinis yang ditentukan berdasarkan standar Berat badan per tinggi badan (BB/TB) = – 3 SD
¨     Marasmus adalah Balita gizi buruk 0 – 59 bln ditandai dengan : Tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua, kulit keriput, pantat kendur (baggy pant).
¨     Kwashiorkor adalah Balita gizi buruk 0 – 59 bln ditandai dengan : Edema seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah membulat (moon face) dan sembab, perut buncit, otot mengecil, rambut tipis kemerahan (rambut jagung)
¨     Marasmic-kwashiorkor adalah Balita gizi buruk 0 – 59 bln ditandai dengan gabungan dari Marasmus dan Kwashiorkor
  1. Balita  gizi buruk yang ditangani adalah Jumlah balita 0 – 59 Bln gizi buruk yang ditangani sesuai standar Tata Laksana Gizi Buruk
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi burk di satu wilayah kerja kurun waktu tertentu
Rumus Cakupan perhitungan adalah :
Jumlah Balita yang Dirawat
X 100%
Jumlah Balita Gizi Buruk yang ditemukan
  1. Balita  Gizi Buruk  yang meninggal adalah Jumlah balita 0 – 59 Bln gizi buruk yang meninggal

  1. 3.       LAPORAN  BULANAN  PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT (LB 3 – P2P)
A.    KEMATIAN
  1. Penyebab kematian anak balita yang disebabkan oleh :
    1. Pneumonia
    2. Diare
    3. Malari
    4. Demam berdarah Dengue
    5. Tuberculosis/ TBC

B.    DO IMMUNISASI
  1. Immunisasi Bayi (0-11 bl) yang divaksinasi BCG adalah Imunisasi BCG yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian pada usia 0-2 bulan
  2. Immunisasi Bayi (0-11 bl) yang divaksinasi POLIO 1 adalah imunisasi POLIO 1 yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian mulai usia 0 bulan
  3. Immunisasi Bayi (0-11 bl) yang divaksinasi POLIO 2 adalah imunisasi POLIO 2 yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian interval 1 bulan dari polio 1
  4. Immunisasi Bayi (0-11 bl) yang divaksinasi POLIO 3 adalah imunisasi POLIO 3 yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian interval 1 bulan dari polio 2
  5. Immunisasi Bayi (0-11 bl) yang divaksinasi POLIO 4 adalah imunisasi POLIO 4 yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian interval 1 bulan dari polio 3
  6. Immunisasi Bayi (0- 7hr ) yang divaksinasi Hb 0 adalah imunisasi Hb uniject yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian mulai usia 0- 7 hr.
  7. Immunisasi Bayi (2-11 bl) yang divaksinasi DPT-Hb1 Combo adalah imunisasi DPT-Hb1combo yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian mulai usia 2 bulan.
  8. Immunisasi Bayi (2-11 bl) yang divaksinasi DPT-Hb2 Combo adalah imunisasi DPT-Hb2combo yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian interval 1 bulan dari DPT-Hb1 combo.
  9. Immunisasi Bayi (2-11 bl) yang divaksinasi DPT-Hb3 Combo adalah imunisasi DPT-Hb3combo yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan jadwal pemberian interval 1 bulan dari DPT-Hb2 combo.
  10. Immunisasi Bayi (9-11 bl) yang divaksinasi Campak adalah imunisasi campak yang diberikan pada bayi usia < 1 tahun dengan pemberian mulai usia 9 bulan.
  11. Ibu Hamil (kehamilan usia 0-8 bl) yang divaksinasi TT-1 adalah jumlah imunisasi TT yang didapatkan pada ibu hamil usia 0 – 8 bl dengan melihat riwayat imunisasi TT terdahulu.
  12. Ibu Hamil (kehamilan usia 0-8 bl) yang divaksinasi TT-2 adalah jumlah imunisasi TT yang didapatkan pada ibu hamil usia 0 – 8 bl dengan melihat riwayat imunisasi TT terdahulu.
  13. Wanita Usia Subur (WUS) yang divaksinasi TT-1 adalah jumlah imunisasi TT-1 yang didapatkan pada wanita usia 15-39 tahun dengan melihat riwayat imunisasi TT terdahulu.
  14. Wanita Usia Subur (WUS) yang divaksinasi TT-2 adalah jumlah imunisasi TT-2 yang didapatkan pada wanita usia 15-39 tahun dengan melihat riwayat imunisasi TT terdahulu.
  15. Wanita Usia Subur (WUS) yang divaksinasi TT-3 adalah jumlah imunisasi TT-3 yang didapatkan pada wanita usia 15-39 tahun dengan melihat riwayat imunisasi TT terdahulu.
  16. Wanita Usia Subur (WUS) yang divaksinasi TT-4 adalah jumlah imunisasi TT-4 yang didapatkan pada wanita usia 15-39 tahun dengan melihat riwayat imunisasi TT terdahulu.
  17. Wanita Usia Subur (WUS) yang divaksinasi TT-5 adalah jumlah imunisasi TT-5 yang didapatkan pada wanita usia 15-39 tahun dengan melihat riwayat imunisasi TT terdahulu.

 C.   PENGAMATAN PENYAKIT :

1.     MALARIA

Malaria merupakan Penyakit yang disebabkan oleh Parasite Malarae (Plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manumur yang ditularkan oleh Nyamuk Malaria (Anopheles) Betina (WHO 1981)
  1.                                                  a.      Sediaan darah diperiksa ACD adalah Jumlah sediaan darah dengan cara pengambilan aktif/langsung dari penderita klinis malaria di luar gedung/ di luar sarana kesehatan oleh petugas unit pelayan kesehatan/kader yang terlatih (Juru Malaria Desa)..
  2.                                                  b.      Sediaan darah diperiksa PCD adalah Jumlah sediaan darah dengan cara pengambilan pasif/langsung dari penderita klinis malaria di dalam gedung/ di sarana kesehatan (puskesmas, rumah sakit, laboratorium) oleh petugas unit pelayan kesehatan.
  3.                                                   c.      Sediaan darah dari lain-lain adalah Jumlah sediaan darah yang diambil dari penderita klinis oleh petugas pada penyelidikan epidemiologi, follow up penderita dan survey (didaerah endemis).
  4.                                                  d.      Sediaan darah positif ACD adalah Jumlah sediaan darah malaria positif dari hasil pengambilan aktif/langsung dari penderita klinis malaria di luar gedung/ di luar sarana kesehatan oleh petugas unit pelayan kesehatan/kader yang terlatih (Juru Malaria Desa).
  5.                                                  e.      Sediaan darah positif PCD adalah Jumlah sediaan darah malaria positif dari hasil pengambilan pasif/langsung dari penderita klinis malaria di dalam gedung/ di sarana kesehatan oleh petugas unit pelayan kesehatan
  6.                                                    f.      Sediaan darah positif dari lain-lain adalah Jumlah hasil pemeriksaan sediaan darah positif yang berasal dari pengambilan sediaan darah oleh petugas pada kegiatan penyelidikan epidemiologi, follow up penderita dan survey.
  7.                                                  g.      Kasus Indigenous adalah jumlah sediaan darah positif malaria yang tertular di daerah setempat atau mendapat transmisi di wilayahnya
  8.                                                  h.      Kasus Relaps  adalah  Jumlah kasus malaria kambuhan
  9.                                                    i.      Kasus Unklasifikasi adalah Jumlah kasus yang tidak dapat diidentifikasi dimana penderita tersebut tertular penyakit.
  10.                                                    j.      Radikal treatmen  adalah jumlah penderita malaria yang mendapat pengobatan radikal, yaitu pengobatan yang disesuaikan dengan species parasitnya dengan cara :
  • Plasmodium Falcifarum :      Klorokuin : hari I,II,III
                                                                                                                Primakuin : hari I,II, III
  • Plasmodium Vivax  :   Klorokuin  : hari I, II, III                                                                                                 Primakuin : hari I, II, III, IV, V
  1.                                                   k.      Klinis Treatmen adalah pengobatan yang diberikan kepada penderita dengan gejala klinis malaria, sebelum pemeriksaan mikroskopis/laboratorium.
  2.                                                    l.      Bumil yang diprofilaksis adalah Jumlah bumil yang diberikan pengobatan profilaksis, yaitu pemberian pengobatan pencegahan pada bumil, dosis dan cara pengobatan :
  • Dosis : obat yang dipakai adalah Klorokuin, dosis 5 mg/kg Berat badan atau 2 tablet dosis tunggal
  • Cara pengobatan :
Dimulai pada bulan ke-3 kehamilan sampai dengan masa nifas selesai dengan pemberian obat seminggu sekali, obat diberikan pada hari yang sama Obat diminum di depan petugas, jangan diberikan dalam keadaan perut kosong.
  1.                                                 m.      Penderita Malaria Berat adalah Jumlah penderita yang pada darahnya ditemukan Plasmodium Falsifarum dalam bentuk aseksual pada pemeriksaan darah, tapi disertai salah satu gejala :
  • Penurunan kesadaran pada malaria cerebral (koma)
  • Anemia berat dengan Hb < 5 %, Produksi urine < 400 cc/jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB/24 jam pada anak setelah dehidrasi dan kreatinin > 3 mg %.
  • Udema paru
  • Hipoglikemia (gula darah < 40 mg %)
  • Pendarahan spontan pada gusi, hidung dan saluran gastro intestinal
  • Gagal sirkulasi (syok), hipotensi dengan tekanan sistolik < 50 mmm Hg pada anak atau 70 mm Hg pada orang dewasa, disertai dengan keringat dingin,nadi kecil dan cepat
  • Kejang-kejang berulang > 2 x 24 jam disamping pendinginan
  • Acidosis : PH darah < 7,25 atau plasmabikarbonat < 15 mmol/liter
  • Makroskopis hemoglobulinuria
  • Post mortem pada biopsi otak ditemukan parasit sizon atau tropozoit.
n.     Penderita Meninggal karena Malaria adalah Jumlah kematian penderita karena malaria dengan konfirmasi laboratorium.

2.   DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
  1. Kasus baru penyakit DBD adalah jumlah penderita baru yang berkunjung ke puskesmas dengan tanda-tanda sesuai kriteria diagnosa klinis DBD yaitu panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai adanya tanda perdarahan di kulit berupa bintikpendarahan (petechiae), lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura) dan atau pembesaran hati/hepar, trombositopeni (trombosit : 100.000/mm3 atau kurang), hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih) dan semua penderita panas tanpa sebab jelas diserta tanda-tanda perdarahan, sekurang-kurangnya uji torniquet positif, kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock).
  2. Penderita DBD yang ditangani adalah jumlah penderita DBD yang penanganannya sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
  3. Sediaan darah yang diperiksa DBD adalah Jumlah sediaan darah dengan cara pengambilan darah dari penderita DBD
  4. Sediaan darah yang diperiksa positif DBD adalah Jumlah sediaan darah DBD yang positif dari hasil pengambilan penderita klinis DBD
  5. Rumah yang diperiksa jentik adalah Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa jentik pada tempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti
  6. Rumah yang diperiksa terdapat jentik adalah Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa jentik pada tempat-tempat penampungan air ternyata positif terdapat jentik.
  7. Kasus DBD yang di PE adalah kasus DBD yang ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi (PE), yaitu kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam derdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut.

3.    FILLARIASIS
Fillariasis ( penyakit kaki gajah) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Penyakit ini bersifat manahun (kronis) dan bila tidak diobati dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki.
  1. Kasus Klinis Akut Filariasis adalah jumlah kasus dengan gejala :
  • Demam berulang selama 3 – 5 hari. Demam dapat hilang timbul sendiri biasanya berkaitan dengan aktifitas fisik, gejala sistemik lainnya dapat berupa mual, muntah.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenitis) di daerah lipatan paha, medial paha/lengan serta ketiak walaupun tidak ditemukan adanya luka. Biasanya tampak benjolan kemerahan, sakit dan panas.
  • Radang saluran getah bening yang teraba seperti tali, kemerahan, terasa panas dan sakit serta menjalar dari pangkal paha/ketiak kearah ujung (limfangitis retrograd)
  • Abses (bisul) didaerah lipat paha/ketiak yang dapat pecah, timbul ulkus dan setelah sembuh meninggalkan bekas berupa jaringan parut (Skar)
  • Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar, yang tampak kemerahan, panas, sakit (stadium dini). Biasanya pembesaran ini dapat berkurang /menghilang setelah serangan akut. Bila serangan timbul berulang kali, pembesaran menjadi menetap.
  1. Kasus Klinis Akut Filariasis yang Sembuh adalah jumlah penderita Filariasis dengan gejala akut yang telah dinyatakan sembuh dan tidak menjadi kronis/tidak terjadi pembengkakan menetap.
  2. Kasus Klinis Kronis Limphadema adalah jumlah penderita Filariasis dengan gejala pembesaran yang menetap didaerah tungkai bawah dan atas, lengan dan payudara.
  3. Kasus Klinis Kronis Hidrokel adalah jumlah penderita Filariasis dengan gejala pembesaran yang menetap didaerah buah zakar/skrotum.
  4. Kasus Klinis Filariasis yang Ditangani adalah jumlah kasus/penderita Filariasis yang mendapatkan pengobatan dosis tunggal, dilakukan perawatan mandiri dan dilakukan pemantauan serta evaluasi perkembangan kemajuan penderita.
  5. Sediaan Darah Diperiksa Filariasis adalah  Jumlah sediaan darah jari yang diambil dari penderita filariasis klinis dan sekitar penderita dilakukan paling cepat pada pukul 8 malam waktu setempat. Data ini didapat dengan mempergunakan formulir survei filariasis lampiran  4
  6. Sediaan Darah Diperiksa Positif Filariasis adalah Jumlah hasil pemeriksaan sediaan darah positif yang diambil dari penderita filariasis klinis dan sekitar penderita yang dilakukan dari rumah ke rumah oleh petugas. Data ini didapat dengan mempergunakan formulir survei filariasis lampiran  4

4.  RABIES

  1. Orang Yang Digigit Hewan Penular Rabies adalah  Jumlah orang yang digigit hewan yang dapat menularkan rabies, seperti anjing, kera dan kucing.
  2. Orang Yang Diberi Vaksin Anti Rabies adalah orang yang diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) indikasi vaksinasi kepada setiap orang yang diduga tertular rabies melalui gigitan hewan anjing, kucing dan kera dengan dosis tertentu segera disuntikkan setelah digigit .
  3. Jumlah Orang Yang Diberi Vaksin Lengkap adalah orang yang diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) indikasi vaksinasi sebanyak 4 kali dengan interval 0 hr 2 kali, hari ke 7 1 kali, hari ke 21 1 kali, kepada setiap orang yang diduga tertular rabies melalui gigitan hewan (anjing, kucing, kera)
  4. Kematian Penderita Karena Rabies adalah  Jumlah orang yang meninggal karena rabies berdasarkan diagnosa klinis dan specimen laboratorium pada hewan positif rabies.

5.   ANTHRAX

a.       Specimen Positif  adalah Jumlah specimen positif anthrak hasil pemeriksaan dari laboratorium

  1. Penderita Meninggal Karena Anthrak  adalah Jumlah orang yang meninggal karena anthrak berdasarkan diagnosa klinis dan atau laboratorium

6.   PES
  1. Penderita Meninggal Karena Pes adalah  Jumlah orang yang meninggal karena Pes berdasarkan diagnosa klinik

7.  FLU BURUNG

a.       Kasus Suspek Flu Burung adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (suhu > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu keadaan :

§  Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit KLB Flu Burung.

  • Kontak dengan kasus konfirmasi Flu Burung dalam masa penularan .
  • Bekerja pada satu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau  binatang yang dicurigai menderita Flu Burung

b.       Kasus Suspek yang meninggal adalah kasus suspek Flu Burung yang meninggal dunia.

  1. Kasus ”Probable” adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan :

·         Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1), misal : Tes HI yang menggunakan antigen H5N1

·         Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia/gagal pernafasan/meninggal

·         Terbukti tidak terdapat penyebab lain

d.       Kasus ”Probable” yang meninggal adalah jumlah semua penderita yang meninggal dunia yang diduga sebagai kasus ”Probable” Flu Burung

e.       Kasus Konfirmasi Flu Burung adalah jumlah kasus suspek atau ”Probable” didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium :

§  Kultur virus influenza H5N1 positif

§  PCR influenza (H5) positif

§  Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali

f.         Kasus Konfirmasi Flu Burung yang meninggal adalah jumlah semua kasus konfirmasi Flu Burung yang meninggal dunia


8.  DIARE
  1. Kasus Baru Penyakit Diare Gol. Umur <1 di="" kesehatan="" nbsp="" sarana="" strong="" th=""> adalah  jumlah penderita diare, disentri dan suspek Kolera yang berumur 0 bulan sampai <1 atau="" berikutnya.="" berobat="" dan="" datang="" di="" ke="" keliling="" kerja="" kesehatan="" kunjungan="" li="" pembantu="" pertama="" praktek="" puskesmas="" rumah="" sakit="" sarana="" swasta="" tahun="" untuk="" uskesmas="" wilayah="" yang="">
  • Diare : Penderita datang ke sarana kesehatan denga tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan tinja lembek sampai cair, frekwensi Buang Air Besar (BAB) bertambah  lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari)
  • Disentri : Bila dalam tinja penderita terdapat darah dan lendir
  • Suspek kholera : Penderita yang disangka kolera, biasanya terjadi pada saat KLB Diare
  1. Kasus Baru Penyakit Diare Gol. Umur (1-4 th); keterangan  sama dengan no. 1 untuk golongan umur 1-<5 li="" tahun.="">
  2. Kasus Baru Penyakit Diare Gol. Umur (>5 th); keterangan  sama dengan no. 1 untuk golongan umur > 5 tahun
  3. Kasus Penyakit Diare semua golongan Umur di sarana kesehatan; keterangan  sama dengan no. 1 untuk semua golongan umur, merupakan hasil penjumlahan dari no.1,2 dan 3
  4. Penderita Diare gol. Umur <1 meninggal="" strong="" th="" yang=""> adalah penderita diare umur 0-<1 berat="" berobat="" dan="" datang="" dehidrasi="" dengan="" derajat="" diare="" didiagnosa="" dirawat="" ke="" kesehatan="" li="" meninggal="" sarana="" tahun="" tertanggulangi="" tetapi="" tidak="" yang="">
  5. Penderita Diare Gol. Umur (1-4 th) yang meninggal adalah penderita diare golongan umur 1-<5 berat="" berobat="" dan="" datang="" dehidrasi="" dengan="" derajat="" diare="" didiagnosa="" dirawat="" ke="" kesehatan="" li="" meninggal="" sarana="" tahun="" tertanggulangi="" tetapi="" tidak="" yang="">
  6. Penderita Diare gol. Umur (>5 th) yang meninggal adalah penderita diare golongan umur > 5 tahun datang berobat ke sarana kesehatan dan didiagnosa diare dengan derajat dehidrasi berat, dirawat tetapi tidak tertanggulangi (meninggal)
  7. Penderita Diare semua gol. Umur yang meninggal adalah penderita diare semua golongan umur datang berobat ke sarana kesehatan dan didiagnosa diare dengan derajat dehidrasi berat, dirawat tetapi tidak tertanggulangi (meninggal), merupakan  penjumlahan no. 5,6 dan 7.
  8. Penderita Diare gol. Umur <1 ditemukan="" kader="" strong="" th="" yang=""> adalah Penderita diare, disentri dan suspek kolera yang berumur 0 bulan sampai < 1 tahun yang yang datang berobat atau ditemukan oleh kader dan diberi oralit kemudian dicatat dan dilaporkan ke puskesmas
  9. Penderita Diare gol. Umur (1-4 th) yang ditemukan kader adalah Penderita diare, disentri dan suspek kolera yang berumur umur 1-<5 atau="" berobat="" dan="" datang="" diberi="" dicatat="" dilaporkan="" ditemukan="" kader="" ke="" li="" nbsp="" oleh="" oralitkemudian="" puskesmas="" tahun="" yang="">
  10. Penderita Diare gol. Umur (>5 th) yang ditemukan kader adalah Penderita diare yang berumur > 5 tahun yang datang berobat atau ditemukan oleh kader dan diberi oralit kemudian dicatat dan dilaporkan ke puskesmas
  11. Penderita Diare semua golongan Umur yang ditemukan kader adalah Penderita diare, semua golongan umur, yang datang berobat atau ditemukan oleh kader dan diberi oralit kemudian dicatat dan dilaporkan ke puskesmas, merupakan penjumlahan no. 9,10 dan 11.
  12. Penderita Diare gol. Umur <1 ditemukan="" kader="" meninggal="" strong="" th="" yang=""> adalah penderita diare umur 0-<1 berdasarkan="" dalam="" ditemukan="" kader="" keadaan="" keluarga="" keterangan="" li="" meninggal="" oleh="" penderita="" sudah="" tahun="" yang="">
  13. Penderita Diare gol. Umur (1-4 th) yang meninggal yang ditemukan kader adalah penderita diare umur 1-4 tahun 11 bulan 29 hari yang ditemukan oleh kader sudah dalam keadaan meninggal berdasarkan keterangan keluarga penderita
  14. Penderita Diare gol. Umur (>5 th) yang meninggal yang ditemukan kader adalah penderita diare umur > 5 tahun yang ditemukan oleh kader sudah dalam keadaan meninggal
  15. Penderita Diare semua golongan Umur yang meninggal yang ditemukan kader adalah penderita diare semua golongan umur yang ditemukan oleh kader sudah dalam keadaan meninggal, merupakan penjumlahan no. 13, 14 dan 15.
  16. Penderita yang diberikan Oralit adalah Jumlah penderita yang datang ke sarana kesehatan kemudian diberi oralit
  17. Pemakaian Oralit di sarana kesehatan adalah Jumlah oralit yang dikeluarkan/dipakai di sarana kesehatan untuk menanggulangi penderita diare
  18. Penderita yang diinfus adalah Jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan diagnosa dengan derajat dehidrasi berat kemudian dirawat inap dan diberi infus (RL)
  19. Pemakaian RL  cukup jelas
  20. Penderita yang diberikan Oralit oleh kader adalah Jumlah penderita yang datang kepada kader atau ditemukan kader kemudian diberi oralit.
  21. Pemakaian Oralit di Kader adalah Jumlah oralit yang dikeluarkan oleh kader untuk menanggulangi penderita diare.
  22. Kasus Diare tanpa Dehidrasi adalah jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan tanpa mengalami dehidrasi.
  23. Kasus Diare Dengan Dehidrasi Ringan – Sedang adalah Jumlah penderita Diare yang ditandai dengan gejala umum gelisah, mata cekung, air mata tidak ada, haus ingin minum, banyak kulit jika dicubit kembalinya lambat.
  24. Kasus Diare Dengan Dehidrasi Berat adalah Jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dengan gejala umum matanya cekung, kulit perut di cubit tidak kembali, tidak mau makan minum, mulut kering, tinja berdarah atau berlendir warna kehijau-hijauan, memerlukan infuse dan dirawat di RS.
  25. Penderita Diare yang diberikan tablet zinc di sarana kesehatan adalah jumlah penderita diare akut yang datang ke sarana kesehatan kemudian diberi tablet zinc
  26. Pemberian tablet zinc di sarana kesehatan adalah jumlah tablet zinc yang dikeluarkan/dipakai di sarana kesehatan untuk menanggulangi penderita diare

9.   TBC PARU-PARU

a.       Penderita Baru TBC Paru BTA (+) adalah Penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

b.       Penderita Kambuh TBC BTA (+) adalah Penderita  tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

c.        Penderita TBC BTA Negatif Rontgen (+) yang diobati adalah Penderita yang pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BAT negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

TBC Paru BTA Negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.

d.       Dahak tersangka TBC yang diperiksa adalah Dahak orang yang dicurigai menderita penyakit TBC

e.       Pemeriksaan suspek adalah Diagnosa TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis

f.         Kasus TBC yang diobati paket OAT Kategori 1

Yang menggunakan OAT ini adalah :
  • Penderita baru TBC Paru BTA Positif,
  • Penderita TBC Paru BTA negatif rontgen positif yang ’’sakit berat ”
  • Penderita TBC Ekstra Paru Berat

g.       Kasus TBC yang diobati paket OAT Kategori 2

Yang menggunakan OAT ini adalah :
  • Penderita kambuh (relaps)
  • Penderita gagal (failure)
  • Penderita dengan pengobatan setelah lalai(after default)

h.       Kasus TBC yang diobati paket OAT Kategori 3

Yang menggunakan OAT ini adalah :
  • Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
  • Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenalin

i.         Kasus TBC yang diobati 2-3 bulan yang lalu dengan paket OAT kategori 1 telah konversi adalah Penderita ini dapat meneruskan pengobatan dengan tahap lanjutan

j.         Kasus TBC yangdiobati 2-3 bulan yang lalu dengan paket OAT kategori 2 telah konversi adalah Penderita ini dapat meneruskan pengobatan dengan tahap lanjutan

k.        Kasus TBC yang Telah Sembuh  adalah  Bila penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan dahak (follow up) paling sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif yaitu pada AP dan atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow up sebelumnya)

l.         Kasus TBC Pengobatan Lengkap adalah Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada hasil, pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut

m.      Kasus TBC Teregister yang Meninggal adalah Penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebeb apapun

n.       Kasus TBC yang pindah bulan ini adalah Penderita yang yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota lain

o.       Kasus TBC yang Gagal adalah Penderita BTA (+) yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan

p.       Kasus TBC yang telah Default adalah Penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai


10.   KUSTA

  1. Penderita Kusta Type PB dewasa yang mendapatkan pengobatan MDT adalah Penderita Kusta yang bercaknya < 5 (usia > 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 6 dosis selama 6 – 9 bulan
  2. Penderita Kusta Type PB anak yang mendapatkan pengobatan MDT adalah Penderita Kusta yang bercaknya < 5 (usia < 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 6 dosis selama 6 – 9 bulan
  3. Penderita Kusta Type MB dewasa yang mendapatkan pengobatan MDT adalah Penderita yang bercaknya > 5 (usia > 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 12 dosis  selama 12 bulan
    1. Penderita Kusta Type MB anak yang mendapatkan pengobatan MDT adalah Penderita yang bercaknya > 5 (usia < 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 12 dosis  selama 12 bulan
    2. Penderita Kusta Type PB dewasa yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFTadalah Penderita Kusta usia > 15 tahun telah minum obat MDT sesuai dosis selama 6 – 8 bulan
    3. Penderita Kusta Type PB anak yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalahPenderita Kusta usia < 15 tahun yang telah minum obat MDT sesuai dosis selama 6 – 8 bulan
    4. Penderita Kusta Type MB dewasa yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Penderita Kusta usia > 15 tahun yang telah minum obat MDT sesuai dosis selama 12 – 18 bulan.
    5. Penderita Kusta Type MB anak yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Penderita Kusta usia < 15 tahun yang telah minum obat MDT sesuai dosis selama 12 – 18 bulan.
    6. Total Penderita Kusta yang mendapatkan pengobatan MDT dinyatakan RFT adalah Jumlah penderita kusta Tipe PB dan MB yang telah menyelesaikan Pengobatan sesuai dengan waktunya.
    7. Temuan Cacat Tk II dewasa adalah Penemuan penderita kusta usia >  15 tahun yang sudah mengalami cacat fisik yang tampak (pada kaki, tangan dan wajah)
    8. Temuan Cacat Tk II anak adalah Penemuan penderita kusta usia < 15 tahun yang sudah mengalami cacat fisik yang tampak (pada kaki, tangan dan wajah)
    9. Kusta Tipe PB yang Droup Out adalah Penderita Kusta tipe PB yang tidak minum obat selama 2 bulan baik berturut-turut maupun tidak, sehingga tidak menyelasaikan pengobatan dalam waktu 9 bulan
    10. Kusta Tipe MB yang Droup Out adalah Penerita Kusta Tipe MB yang tidak minum selama 4 bulan berturut-turut atupaun tidak sehingga tidak menyelesaikan pengobatan selama 18 bulan.
    11. Total Penderita Kusta Yang Drop Out adalah Jumlah Penderita Kusta Tipe PB dan MB yang tidak menyelesaikan pengobatan sesuai dengan waktunya.
    12. Kasus Reaksi pada penderita yang sedang dalam pengobatan adalah Penderita kusta yang belum, sedang dan sudah diobati yang mengalami reaksi akut disebakan oleh kuman kusta akibat meningkatnya ketahanan tubuh.

11.     KERACUNAN  MAKANAN

  1. Kasus Keracunan Makan adalah Penderita Kusta yang bercaknya < 5 (usia > 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 6 dosis selama 6 – 9 bulan

  1. Penderita Kusta Type PB anak yang mendapatkan pengobatan MDT adalah Penderita Kusta yang bercaknya < 5 (usia < 15 tahun) diobati dengan MDT sebanyak 6 dosis selama 6 – 9 bulan

12.  PROGRAM ISPA
  1. Kasus Baru Penyakit Pneumonia adalah Jumlah kasus baru pneumonia balita yang ditemukan di sarana kesehatan (Puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, rumah sakit dan praktek swasta di wilayah kerja puskesmas maupun oleh bidan desa. Gejala penumonia untuk umur:
p  2 – <12 50="" :="" ada="" atau="" bulan="" cepat="" dada="" dalam="" dengan="" dinding="" ke="" lebih="" menit="" nafas="" p="" per="" sama="" tarikan="" tidak="">
p  1 – < 5 tahun : Tidak ada tarikan dinding ke dalam, nafas cepat lebih atau sama dengan 40 per menit.
p  Manfaat data: dapat mengetahui berapa kali episode bayi balita terkena pneumonia.
  1. Kasus Pneumonia Berat golongan umur 0 – 2 bln : adalah  jumlah penderita umur 0-2 bln yang datang ke sarana kesehatan dengan tanda-tanda : nafas cepat (60 per menit) dan ada tarikan dinding dada ke dalam.
  2. Kasus Pneumonia Berat golongan umur 2 bln – 1 th adalah Jumlah penderita umur 2 bln-1 th yang datang ke sarana kesehatan dengan tanda-tanda : nafas cepat (50 per menit) dan ada tarikan dinding dada ke dalam.
  3. Kasus Pneumonia Berat golongan umur 1 – <5 strong="" th=""> adalah jumlah penderita umur 1-<5 :="" cepat="" datang="" dengan="" ke="" kesehatan="" nafas="" sarana="" span="" style="text-decoration: underline;" tanda-tanda="" th="" yang="">> 
40 per menit) dan ada tarikan dinding dada ke dalam.
  • Kasus Pneumonia Golongan Umur 0-1 Th yang Meninggal adalah jumlah penderita umur 0-1 th yang meninggal, yang ditemukan di sarana kesehatan maupun lapangan
  • Kasus Pneumonia Golongan Umur 1 Th-<5 meninggal="" strong="" th="" yang=""> adalah jumlah penderita umur 1 th-<5 di="" ditemukan="" kesehatan="" lapangan="" li="" maupun="" meninggal="" sarana="" th="" yang="">
  • Kasus Pneumonia Golongan Umur > 5 Th yang Meninggal adalah jumlah penderita umur >5 th yang meninggal, yang ditemukan di sarana kesehatan maupun  lapangan.
  • Kasus bukan pnemonia golongan umur < 1 tahun adalah kasus yang tidak ditemukan tarikan dinding dada ke dalam dan tidak ada nafas cepat.
  • Kasus bukan pnemonia golongan umur 1 – < 5 tahun adalah kasus yang tidak ditemukan tarikan dinding dada ke dalam dan tidak ada nafas cepat.
  • Pemakaian Kotrimoksasol adalah jumlah kortimoksasol yang diberikan pada anak < 5 tahun yang terkena ISPA ( tablet / sirup )
  • Pemakaian Amoksicylin adalah jumlah amoksicylin yang diberikan pada anak < 5 tahun yang terkena ISPA ( tablet / sirup )
  • Pemakaian Parasetamol  adalah jumlah paracetamol yang diberikan pada anak < 5 tahun yang terkena ISPA ( tablet / sirup )
  • Kasus Pneumonia yang ditemukan oleh Kader adalah jumlah penderita pneumonia yang ditemukan oleh kader terlatih dan dirujuk ke Puskesmas, pustu atau petugas kesehatan.
  • p  Manfaat : dapat diketahui keaktifan kader maupun pengetahuan dan keterampilan kader dalam menemukan kasus pneumonia

    13.  PENYAKIT ACUTE FLACID PARALYSIS   (AFP)

    1. Kasus AFP  <  15  Tahun  adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa.
    2. Kasus AFP Non Polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu.

    14.  PENYAKIT KELAMIN

    1. Pemeriksaan Smear GO Dan STS dari Keluarga Risti adalah Jumlah hasil pemeriksaan smear apabila ada survei GO dan STS pada kelompok risiko tinggi
    2. Penderita yang diperiksa GO adalah Jumlah penderita penyakit kelamin yang diperiksa  GO
    3. Penderita yang diperiksa Sifilis adalah Jumlah penderita penyakit kelamin yang diperiksa  Sifilis

    15.  HIV

    1. Orang yang berkunjung ke layanan VCT adalah Klien yang datang untuk mendapatkan layanan konseling dan testing secara sukarela yang dilakukan oleh seorang konselor profesional/terlatih.
    2. Orang yang melakukan Pre Test Konseling adalah Klien yang melakukan pre tes konseling pada tahapan awal proses konseling yang dilakukan oleh konselor profesional/terlatih.
    3. Orang yang melakukan Test HIV adalah Klien yang menyetujui untuk melakukan testing setelah mendapatkan pre test konseling yang dilakukan oleh konselor profesional/terlatih.
    4. Orang yang mengambil Test HIV adalah Jumlah orang yang membuka hasil test HIV
    5. Orang yang melakukan Post Test Konseling adalah klien yang telah mengetahui hasil test dan melakukan konseling lanjutan.
    6. Orang dengan hasil test HIV positif adalah Hasil pemeriksaan laboratorium reaktif HIV dengan 3 kali reagen yang berbeda pada klien tidak bergejala atau 2 kali reagen yang berbeda pada klien dengan risiko tinggi (misal Pengguna napza suntik, Penjaja Seks, Waria, Laki-laki seks dengan laki-laki)
    7. ODHA yang mendapat pengobatan Infeksi Opurtinistik adalah Orang dengan HIV AIDS yang mendapat pengobatan infeksi opportunistik seperti Jamur, TB paru, Herpes, dll
    8. Orang yang Ditangani adalah Orang dengan HIV AIDS yang mendapat pelayanan kesehatan dasar.
    9. ODHA yang dirujuk untuk mendapatkan ARV adalah Orang dengan HIV AIDS yang dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan obat anti retro viral.
    10. Penasun yang melakukan LJSS adalah Klien pengguna napza suntik yang mendapatkan layanan jarum suntik steril atau pengguna napza suntik yang melakukan pertukaran jarum suntik steril.

    15.  KEJADIAN  LUAR  BIASA  (KLB)

    1. Desa/Kelurahan terjadi KLB adalah Desa/Kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan kesakitan atau kematian penyakit potensi KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan
    • Kejadian luar biasa adalah timbulnya  atau meningkatnya timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian   yang bermakna secara   epidemiologis pada suatu desa /kelurahan dalam  waktu tertentu.
    1. Frekwensi KLB adalah jumlah terjadinya peningkatan kasus berpotensi KLB.
    2. c.       Desa/Kelurahan terjadi KLB yang Ditangani < 24 jam adalah Desa/Kelurahan terjadi KLB yang ditangani mencakup penyelidikan dan penanggulangan KLB kurang dari 24 jam.
    • Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan  W1 diterima sampai penyelidikan dilakukan   dengan catatan selain formulir W1 dapat juga berupa  fax atau telepon


    1. 4.       LAPORAN  BULANAN KEGIATAN PUSKESMAS  (LB 4)
      1. DATA SASARAN
      2. Ibu hamil baru adalah Ibu hamil baru yang ditemukan bulan ini
      3. Ibu Bersalin baru adalah Ibu Bersalin baru yang ditemukan bulan ini
      4. Ibu nifas baru adalah Ibu nifas baru yang ditemukan bulan ini
      5. Ibuu menyusui baru adalah Ibu menyusui baru yang ditemukan bulan ini
      6. Neonatal baru adalah neonatal yang ditemukan pada bulan ini
      7. Bayi < 1 tahun baru adalah bayi  < 1 Thn yang ditemukan baru bulan ini
      8. Bayi 6 bln baru adalah bayi  6 bln  yang ditemukan baru bulan ini
      9. Bayi 6 – 11 bln baru adalah bayi  6 -11 bln yang ditemukan baru bulan ini
      10. Anak 12 – 23 bln baru adalah anak 12 -23 bln yang ditemukan baru bulan ini
      11. Anak 24 – 59 bln baru adalah anaki  24 – 69 bln yang ditemukan baru bulan ini
      12. Balita 0 – 59 bln baru adalah balita 0 -59              bln yang ditemukan baru bulan ini
      13. Anak balita 12 – 59 bln baru adalah anak balita 12 -59 bln yang ditemukan baru bulan ini

    B.      PENGUNJUNG  PUSKESMAS

     Data untuk pengisian banyak Pengnjung Puskesmas diambil dari Buku register Penomoran yang ada pada addmiting office ( Loket penerimaan pasien atau tempat penjualan karcis yang dibuat setiap hari) .
    Pengunjung terdiri dari 2 kelompok yaitu
    1. a.       Pengunjung Baru
    Pengunjung Baru adalah pengunjung yang baru pertama kali dating yang akses di Puskesmas. Setiap Pengunjung Baru diberikan Nomor Rekam Medik dengan menggunakan register penomoran dan dibuatkan Folder Rekam Medik. Nomor Rekam Medik diberikan hanya 1 (satu) kali seumur hidup
    1. b.       Pengunjung Lama
    Pengunjung Lama adalah pengunjung yang dating untuk kedua dan seterusnya. yang datang ke Puskemsas dengan jejaringnya yang sama atau berbeda sebagai kunjungan lama atau kunjungan baru dengan kasus lama dan kasus baru. Tidak mendapat nomor rekam medik lagi, tapi dicatat dalam register pendaftaran pasien.

    C.      RAWAT JALAN  DAN  RAWAT  INAP

    1.  KUNJUNGAN adalah Seseorang datang ke Puskesmas, Puskesmas DTP, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dsb, untuk mendpatkan pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapatkan surat keterangan sehat atau sakit.
    Ada 2 kategori kunjungan :
    1. a.       Kunjungan Baru :
    Seseorang yang pertama kali dating ke Puskemas/Puskesmas DTP/Puskesmas Pembantu/Puskesmas Keliling dsb, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, sehingga seumur hidupnya hanya dicatat satu kali kunjungan baru.
    1. b.       Kunjungan Lama :
    Seseorang yang datang ke Puskesmas/Puskesmas DTP/Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dsb, yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

    Pengecualian kedua kategori tersebut pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita.
    1. Kunjungan Ibu Hamil pada setiap kehamilan dianggap sebagai kunjungan baru, sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya untuk pemeriksaan dianggap sebagai kunjungan lama.
    Dengan demikian penetapan kunjungan Ibu hamil tidak ditentukan oleh tahun/periode, tetapi diberlakukan sebagai “Episode Of Iliness”.
    1. Kunjungan Ibu Menyusui termasuk ibu yang menyelesaikan kehamilannya karena abortus, selama periode menyusui 2 tahun dihitung sebagai kunjungan baru.
    2. Kunjungan Balita setiap tahun (setelah hari ulangtahun) dianggap sebagai kunjungan baru, sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya dari tahun yang bersangkutan dicatat sebagai kunjungan lama.
    Cakupan Rawat Jalan
     Rumus perhitungan adalah :

    Jumlah Kunjungan Pasien Baru Rawat Jalan di sarana Kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
    X 100%
    Jumlah Penduduk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu


    2.     KASUS .
    Ada 2 kategori kasus :
    1. Kasus Baru :
    Adalah “ New Episode Of Iliness” yaitu pernyataan pertama kali seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnosa dokter atau tenaga paramedis.
    1. Kasus Lama :
    Adalah kunjungan ke 2 (dua) dari kasus baru yang dinyatakan belum sembuh, sedangkan kunjungan selanjutnya dari kasus lama dalam tahun/periode yang sama (selama belum sembuh) diperhitungkan kunjungan kasus lama.
    Khusus pada penderita Kusta hanya dikenai kasus baru yaitu saat pertama kali penemuannya, sedangkan pada kunjungan kedua seterusnya hanya dihitung sebagai kasus lama dan kunjungan kasus lama.
    Jumlah Kunjungan Kasus adalah Kasus Baru ditambah dengan Kasus Lama.
    1. Kunjungan Puskesmasadalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan.
      1. Kunjungan Baru adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang pertama kali berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan.
      2. Kunjungan Lama adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung berikutnya dari suatu kunjungan baru ke Puskesmas  untuk memperoleh pelayanan.
      3. Kunjungan Rawat Jalan Umum adalah kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan pengobatan tanpa perlu rawat inap, didalam dan diluar gedung Puskesmas, yang bersumber pada register rawat jalan umum.
      4. Kunjungan Rawat Jalan KIA adalah kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan pengobatan tanpa perlu rawat inap, didalam dan diluar gedung Puskesmas, yang bersumber pada register rawat jalan kesehatan ibu anak.
      5. Kunjungan Rawat Jalan KB adalah kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan pengobatan tanpa perlu rawat inap, didalam dan diluar gedung Puskesmas, yang bersumber pada register rawat jalan keluarga berencana.
      6. Kunjungan Rawat Jalan Gigi adalah kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan pengobatan tanpa perlu rawat inap, didalam dan diluar gedung Puskesmas, yang bersumber pada register rawat jalan gigi.
      7. Kunjungan Rawat Jalan Lain-lain adalah kunjungan seseorang yang mendapatkan pelayanan pengobatan tanpa perlu rawat inap, didalam dan diluar gedung Puskesmas, yang bersumber pada register rawat jalan laian-lainnya.
      8. Penderita yang dirawat adalah jumlah pasien yang dirawat di Puskemas dengan Perawatan .
      9. Hari Perawatan adalah total hari rawat dari semua pasien yang dirawat selama bulan yang bersangkutan.
      10. Lama Perawatan adalah total lama dirawat dari pasien yang sudah keluar dari Puskesmas dengan Perawatan (hidup maupun meninggal).
      11. Penderita Keluar Hidup adalah jumlah pasien yang keluar hidup selama bulan yang bersangkutan di Puskesmas dengan Perawatan.
      12. Penderita Keluar Meninggal adalah jumlah pasien yang keluar meninggal selama bulan yang bersangkutan di Puskesmas dengan Perawatan.
      13. Penderita Keluar Meninggal kurang dari 48 jam adalah jumlah pasien mati kurang dari 48 jam selama bulan yang bersangkutan di Puskesmas dengan Perawatan.
      14. Penderita Keluar Meninggal lebih dari 48 jam adalah jumlah pasien mati dalam 48 jam dan lebih selama bulan yang bersangkutan di Puskesmas dengan Perawatan.
      15. Penderita yang dirujuk ke Rumah Sakit / Puskesmas DTP adalah jumlah penderita/ pasien yang dikirim dari Puskesmas kepada Rumah Sakit / Puskesmas DTP.
      16. Rujukan dari Kader, Posyandu, BP, Sekolah dll adalah jumlah penderita yang diterima  dari kader, posyandu, BP, Sekolah.
      17. Kunjungan Dokter Ahli adalah kegiatan kunjungan dokter ahli yang datang ke Puskemas yang bersangkutan.
      18. Rujukan dari Rumah Sakit ke Puskesmas adalah jumlah rujukan dari Rumah Sakit ke Puskesmas.
      19. Kunjungan Kartu Sehat adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan dengan membawa/mempergunakan Kartu Sehat.
      20. Kunjungan  Peserta PT. Askes adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan dengan membawa/m empergunakan Kartu dari PT Askes.
      21. Kunjungan Peserta Jamsostek adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan dengan membawa/ mempergunakan Kartu dari Jamsostek.
      22. Kunjungan Peserta JPKM adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan dengan membawa/ mempergunakan JPKM.
      23. Kunjungan peserta Assuransi kesehatan swasta adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan dengan membawa/mempergunakan Kartu dari Assuransi kesehatan swasta.
      24. Kunjungan peserta Assuransi lainnya adalah seseorang (sehat maupun sakit) yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh pelayanan dengan membawa/ mempergunakan Kartu dari Assuransi lainnya.
      25. Peserta Kartu Sehat terdaftar di Puskesmas adalah jumlah peserta yang terdaftar mempunyai kartu sehat.
      26. Peserta Kartu Sehat yang dirujuk ke Rumah Sakit/Puskesmas DTP adalah jumlah peserta yang dirujuk ke Rumah Sakit/Puskesmas DTP yang mempunyai Kartu Sehat.

    1. D.      UPAYA KESEHATAN GIGI
      1. Kunjungan di Balai Pengobatan Gigi
        1. Kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi adalah jumlah kunjungan yang pertama kali penderita penyakit gigi yang mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, baik pelayanan promotif, preventif, kuratif yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas.
        2. Kunjungan lama Rawat Jalan Gigi adalah jumlah kunjungan yang kedua dan seterusnya pe penderita penyakit gigi yang mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, baik pelayanan promotif, preventif, kuratif yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas.
        3. Hari Buka Balai Pengobatan (BP) Gigi adalah jumlah buka praktek/pelayanan BP. Gigi Puskesmas termasuk Puskesmas Keliling dan Puskesmas Pembantu.
        4. Tumpatan pada Gigi Tetap adalah jumlah semua tumpatan pada gigi tetap berupa tumpatan amalgam, tumpatan silikat, tumpatan glass ionomer (ART) dan synthetic porcelen yang ditambalkan secara permanen.
        5. Pencabutan Gigi Tetap  adalah jumlah pencabutan (ekstraksi) pada gigi tetap.
        6. Pencabutan Gigi Sulung adalah jumlah pencabutan (ekstraksi) pada gigi sulung
        7. Tumpatan Gigi Sulung adalah jumlah semua tumpatan pada gigi sulung berupa tumpatan amalgam, tumpatan silikat, tumpatan glass ionomer (ART) dan synthetic porcelen yang ditambalkan secara permanen.
        8. Pengobatan Pulpa adalah jumlah kasus pengobatan pulpa pada perawatan endodontic
        9. Pengobatan Periodontal adalah jumlah kelainan dengan gejala radang gusi (gingivitis), sehingga terjadi kelainan periodontal (gigi goyang).
        10. Pembersihan Karang Gigi adalah Merupakan tindakan pelayanan berupa scaling dan atau root planing  yang dilakukan terhadap geligi yang mengandung karang gigi atau plak .
        11. Kunjungan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
          1. Tumpatan pada Gigi Tetap adalah jumlah semua tumpatan pada gigi tetap berupa tumpatan amalgam, tumpatan silikat, tumpatan glass ionomer (ART) dan synthetic porcelen yang ditambalkan secara permanen yang dilaksanakan di Sekolah.
          2. Pencabutan Gigi Tetap adalah jumlah pencabutan (ekstraksi) pada gigi tetap di Sekolah.
          3. Tumpatan Gigi Sulung adalah jumlah semua tumpatan pada gigi sulung berupa tumpatan amalgam, tumpatan silikat, tumpatan glass ionomer (ART) dan synthetic porcelen yang ditambalkan secara permanen di Sekolah.
          4. Pencabutan Gigi Sulung adalah jumlah pencabutan (ekstraksi) pada gigi sulung di Sekolah.
          5. Pengobatan Pulpa adalah jumlah kasus pengobatan pulpa pada perawatan endodontik di sekolah
          6. Pengobatan Periodontal adalah jumlah kasus periodontal yang  diobati di sekolah.
          7. Pembersihan Karang Gigi adalah Merupakan tindakan pelayanan berupa scaling dan atau root planing  yang dilakukan terhadap geligi yang mengandung karang gigi atau plak.
          8. Rujukan ke Puskesmas adalah anak sekolah yang tidak bisa diobati atau dilakukan tindakan di sekolah dikirim ke puskesmas.
          9. Pembinaan ke SD  UKGS adalah jumlah kunjungan petugas Puskesmas ke SD UKGS dengan tujuan pembinaan program UKGS.
          10. Murid SD  UKGS adalah jumlah murid kelas I s/d VI SD UKGS yang menjadi sasaran program.
          11. Murid SD UKGS yang perlu Perawatanadalah jumlah murid SD UKGS dengan kasus yang perlu diatasi dengan tindakan pengobatan.
            1. Murid SD UKGS yang mendapat Perawatan adalah jumlah murid SD UKGS dengan kasus yang mendapatkan perawatan.
            2. Penyuluhan di SD/MI  adalah Pemberian informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut oleh petugas kesehatan atau pendidik dengan teknik penyuluhan di SD/MI
            3. Penyuluhan di TK/RA adalah Pemberian informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut oleh petugas kesehatan atau pendidik dengan teknik penyuluhan di TK/RA
            4. Sikat gigi masal di SD/MI adalah tindakan menyikat gigi di sekolah yang di lakukan bersama sama si SD.MI
            5. Sikat gigi masal di TK/RA adalah tindakan menyikat gigi di sekolah yang di lakukan bersama sama di TK/RA.
            6. Pembinaan ke Desa UKGMD adalah jumlah kunjungan petugas Puskesmas ke desa UKGMD dengan tujuan pembinaan program UKGMD.
            7. Penduduk yang mendapatkan penyuluhan kesehatan gigi oleh kaderAdalah penduduk yang telah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut oleh kader di posyandu UKGMD
              1. Penduduk yang dirujuk ke puskesmas oeh kader adalah penduduk yang tidak bisa  ditangani oleh kader lalu dikirim ke puskesmas.
              2. Keluarga Rawan Kesehatanadalah keluarga rentan (miskin) dan keluarga dengan kasus/ masalah risiko tinggi dengan prioritas :
                1. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum masuk kuota miskin.
                2. Keluarag miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi penyakit menular.
                3. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
                4. Keluarga Rawan Kesehatan yang dibina adalah keluarga yang pernah dikunjungi oleh petugas kesehatan dan mendapatkan asuhan keperawatan
                5. Ibu hamil yang dibina dari keluarga rawan kesehatan adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan keperawatan kesehatan
                6. Bayi usia 0 – 11 bulan yang dibina dari keluarga rawan kesehatan adalah Bayi usia 0 – 11 bulan yang mendapatkan pelayanan keperawatan kesehatan
                7. Anak balita usia 12 – 59 bulan yang dibina dari keluarga rawan kesehatan adalah Anak balita usia 12 – 59 bulan yang mendapatkan pelayanan keperawatan kesehatan
                8. Kasus penyakit kronis adalah kasus selain ibu hamil, bayi dan anak balita dari keluarga rawan kesehatan yang mendapatkan asuhan keperawatan.
                9. Lanjut usia yang dibina adalah jumlah lansia yang dibina di wilayah kerja puskesmas.
                10. Penderita yang perlu tindak lanjut perawatan adalah penderita yang memerlukan asuhan keperawatan setelah rawat inap.
                11. Keluarga Rawan Kesehatan yang selesai dibina adalah jumlah keluarga yang telah dibina dan memperoleh asuhan keperawatan 2 sd 6 kali kunjungan.
                12. Tingkat kemandirian :
                13. a.       Keluarga Mandiri Tingkat pertama (KM-I)

    E.       UPAYA PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

    p  Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
    p  Menerima Pelayanan Keperawatan yang diberikan sesuai rencana perawatan
    b. Keluarga Mandiri Tingkat Dua (KM-II)
    p  Menerima petugas Perkesmas
    p  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
    p  Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
    p  Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
    c. Keluarga Mandiri Tingkat Tiga (KM – III)
    p  Menerima petugas Perkesmas
    p  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
    p  Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
    p  Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
    p  Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
    p  Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
    1. c.        Keluarga Mandiri Tingkat Empat (KM – IV)
    p  Menerima petugas Perkesmas
    p  Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
    p  Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
    p  Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
    p  Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
    p  Melaksanakan tindakan pencegahan dan promotif secara aktif
    1. F.       UPAYA KESEHATAN SEKOLAH
      1. TK/RA yang melaksanakan Penjaringan adalah jumlah TK/RA yang melaksanakan penjaringan kesehatan oleh petugas kesehatan.
      2. SD / MI  yang melaksanakan Penjaringan adalah jumlah SD/MI yang melaksanakan penjaringan kesehatan oleh petugas kesehatan.
      3. Murid SD / MI yang diperiksa Penjaringan adalah jumlah murid SD/MI kelas I s/d VI yang diperiksa kesehatannya.
      4. SMP / MTs  yang melaksanakan Penjaringan adalah jumlah SMP / MTs yang melaksanakan penjaringan kesehatan oleh petugas kesehatan.
      5. Murid SMP / MTs  yang diperiksa Penjaringan adalah jumlah murid SMP/MTs kelas I s/d III yang diperiksa kesehatannya.
      6. SMA / MTs  yang melaksanakan Penjaringan adalah jumlah SMA / MTs yang melaksanakan penjaringan kesehatan oleh petugas kesehatan.
      7. Murid SMA / MTs  yang diperiksa Penjaringan adalah jumlah murid SMA/MTs kelas I s/d III yang diperiksa kesehatannya.
      8. Murid PONTREN yang diperiksa Penjaringan adalah jumlah murid Pontren yang diperiksa kesehatannya.
      9. Murid Sekolah diperiksa dengan Berat Badan sesuai dengan Tinggi Badan adalah jumlah murid sekolah yang diperiksa pengukuran berat badan dan tinggi badannya disesuaikan dengan criteria normal (lihat table rujukan penentuan status gizi anak sekolah)
      10. Penyakit  ISPA yg ditemukan hasil penjaringan adalah jumlah murid yang ditemukan berpenyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
      11. Penyakit  GIGI  yg ditemukan hasil penjaringan adalah jumlah murid yang ditemukan berpenyakit gigi.
      12. Penyakit  Kulit  yg ditemukan hasil penjaringan adalah jumlah murid yang ditemukan berpenyakit kulit.
      13. Penyakit  Mata  yg ditemukan hasil penjaringan adalah jumlah murid yang ditemukan berpenyakit gigi.
      14. Penyakit Kusta yg ditemukan hasil penjaringan adalah jumlah murid yang ditemukan berpenyakit kusta.
      15. Penyakit  TB. Paru-Paru  yg ditemukan hasil penjaringan adalah jumlah murid yang ditemukan berpenyakit TBC.
      16. Anak Berkelainan (ALB) adalah jumlah anak sekolah yang berkelainan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas.
      17. Anak Berkelainan (ALB)  yang dibina adalah jumlah anak sekolah yang berkelainan yang dibina oleh petugas Puskesmas
      18. Murid yang mendapatkan Tablet Kecacingan adalah jumlah murid SD/MI yang mendapatkan Tablet Albendazol (kecacingan) pada bulan Mei dan November.
      19. Anak Sekolah yang Sakit berobat di Puskesmas adalah jumlah murid yang sakit  dan berobat ke Puskesmas.
      20. Anak Sekolah yang Sakit dirujuk ke Rumah Sakit adalah jumlah murid yang sakit dan dirujuk ke Rumah Sakit






    1. G.      UPAYA KESEHATAN MATA
      1. Skrening awal penderita katarak adalah Kegiatan skrining awal katarak / pencarian kasus katarak gakin oleh petugas Puskesmas per tahun dengan melibatkan kader, perawat dan dokter puskesmas.
      2. Frekuensi Operasi Katarak Masal adalah jumlah kegiatan operasi katarak yang dilakukan secara masal yang dikoordinir tersendiri oleh Puskesmas atau kerja sama dengan pihak lain, misal :
    p  Forum Koordinasi Penanggulangan kebutaan akibat katarak di Propinsi Jawa Barat (Pemda Propinsi, DinKes Propinsi RS. Cicendo, Perdami dan BKMM).
    p  LSM langsung ke Puskesmas
    p  Swadaya Masyarakat dengan Pemda setempat, Instansi lainnya.
    1. Skrening akhir katarak adalah Kegiatan skrining penderita katarak gakin yang dikirim oleh puskesmas / datang sendiri dan diperiksa oleh dokter spesialis mata di tempat operasi per tahun.
    2. Mata yang dioperasi adalah jumlah mata yang telah dilakukan operasi pada waktu pelayanan operasi katarak masal tersebut.
    3. Komplikasi mata adalah keadaan mata mengalami komplikasi setelah di operasi 1 hari, 1 minggu dan 1 bulan.
    4. Kegiatan Operasi Katarak Individuil adalah jumlah kegiatan pelaksanaan operasi katarak yang dilakukan oleh pasien atas biaya sendiri.
    5. Deteksi dini tajam penglihatan di SD adalah Deteksi secara dini kelainan tajam penglihatan dimana sinar sejajar yang masuk ke mata tanpa akomodasi tidak tepat jatuh ke retina.
    6. Murid yang memerlukan koreksi dengan kacamata adalah Murid yang mengalami kelainan tajam penglihatan yang harus dikoreksi dengan kaca mata sehingga sinar sejajar yang masuk mata  dapat jatuh tepat di retina.
    7. Deteksi dini Glaukoma adalah Kegiatan deteksi secara dini keadaan tekanan bola mata yang lebih tinggi dari  normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada saraf optik dan bila tidak diobati  secara dini dapat menimbulkan kebutaan secara perlahan-lahan. 
    8. Pasien glaukoma yang dirujuk adalah Jumlah kasus glaukoma yang dirujuk di sarana pelayanan rujukan (Rumah Sakit ).


    1. H.      KEGIATAN PENYULUHAN DAN JPKM KESEHATAN MASYARAKAT
      1. Peserta Dana Sehat adalah jumlah peserta Dana Sehat di wilayah kerja Puskesmas.
    p      Dana Sehat / JPKM merupakan suatu upaya dari oleh dan untuk masyarakat yang diselenggarakan secara swadaya masyarakat guna menjamin pemeliharaan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat melalui peningkatan manajemen pendanaan.
    1. Peserta JPKM (KK) adalah jumlah peserta JPKM yang mendapatkan pelayanan dari Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas.
    2. Peserta Askes adalah jumlah peserta Askes yang mendapatkan pelayanan dari Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
    3. Peserta Askeskin adalah Peserta dari keluarga miskin dimana pembiayaan kesehatannya ditanggung oleh pemerintah.
    4. Peserta Jamsostek adalah jumlah peserta Jamsostekyang mendapatkan pelayanan dari Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas.
    5. Peserta Asuransi Kesehatan swasta adalah jumlah peserta Asusransi kesehatan swasta yang mendapatkan pelayanan dari Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
    6. Peserta Asuransi lainnya adalah jumlah peserta Asusransi lainnya yang mendapatkan pelayanan dari Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
    7. Promosi kesehatan di dalam gedung adalah pemberian informasi di dalam tempat pelayanan kesehatan secara  kelompok dengan teknik penyuluhan
      1. Frekwensi penyuluhan adalah jumlah penyuluhan kesehatan  yang dilaksanakan.
      2. Materi  penyuluhan adalah substansi penyuluhan yang dilaksanakan.
      3. Pengunjung yang mendapatkan Komunikasi interpersonal adalah pemberian informasi dari petugas kesehatan terhadap pengunjung secara perorangan.
      4. Promosi kesehatan di luar gedung adalah pemberian informasi di luar tempat pelayanan kesehatan secara  kelompok dengan teknik penyuluhan
      5. Frekwensi Penyuluhan adalah jumlah penyuluhan kesehatan  yang dilaksanakan.
      6. Rumah yang mendapatkan Kunjungan Rumah adalah rumah yang dikunjungi untuk mendapat penyuluhan.
      7. Forum masyarakat desa yang melaksanakan pertemuan; sudah jelas
      8. Frekwensi pembinaan Forum masyarakat desa;  sudah jelas .
      9. Frekwensi pembinaan UKBM; sudah jelas .


    1. I.         UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
      1. TP 3 (Tempat Pengelolaan Pestisida) yang diperiksa adalah jumlah Tempat Pengelolaan Pestisida yang memiliki lokasi tetap dan memegang izin usaha dari Pemda.
      2. TP 3 yang memenuhi syarat kesehatan adalah TP3 yang setelah melalui pemeriksaan sesuai prosedur-prosedur yang ditetapkan ternyata memenuhi criteria program atau standard dari persyaratan kesling /sanitasi yang berlaku.
      3. TPM (Tempat Pengelolaan Makanan) yang diperiksa adalah jumlah tempat-tempat/perisahaan makanan dan minuman diproduksi, diolah, disimpan, diangkut, dijual dan disajikan bagi umum, antara lain seperti : induatri makanan, jasa boga, restoran dan rumah makan, took penjualan makanan, pengrajin makanan dll.
      4. TPM  yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM dengan skor hasil Inpeksi Sanitasi / Laik Sehat TPM = 70 %.
      5. TTU  (Tempat Tempat Umum) yang diperiksa adalah tempat atau sarana atau jasa pelayanan umum yang memiliki lokasi tetap, penggolongan sesuai dengan program, antara lain seperti hotel, tempat ibadah, terminal, bioskop, salon, pasar, pusat belanja, pemandian umum dll.
      6. TTU  yang memenuhi syarat kesehatan adalah TTU dengan skor hasil Inpeksi Sanitasi / Laik Sehat TTU = 70 % – 80 %.
      7. Rumah yang diperiksa  secara umum adalah sarana tempat hunian setiap warga negara layak huni, bila tersedia sarana kesehatan lingkungan dan keadaan rumah memenuhi syarat.
      8. Rumah yang tidak Sehat adalah jumlah rumah yang secara minimal tidak layak huni, dengan tidak memenuhi persyaratan minimal 9 syarat komponen pada kartu rumah, kecuali bebas jentik, bebas tikus, kebersihan dan pemanfaatan, perkarangan, apabila keluarga mempunyai ternak harus mempunyai persyaratan kandang.
      9. Industri yang diperiksaadalah Suatu tempat dan segala fasilitasinya meliputi ruangan, halaman dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat untuk memproduksi suatu barang (bukan termasuk industri makanan dan minuman).
        1. Industri yang memenuhi syarat kesehatan adalah  Industri dengan skor hasil Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat Industri = 80 %.
        2. Industri yang memiliki  IPAL adalah Industri yang memiliki pembuangan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan, bukan termasuk septic tank.
        3. SPAL  yang diperiksa adalah Suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari jamban atau peturasan yang berasal dari rumah tangga (SPAL Domestik / RT).
        4. SPAL  yang memenuhi syarat kesehatan adalah  SPAL dengan Skor hasil Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat SPAL = 70 %.
        5. Sekolah yang diperiksa adalah suatu tempat termasuk fasilitasi yang dipergunakan untuk menyelenggarakan pendidikan dasar untuk anak-anak sekolah (SD).
        6. Sekolah yang memenuhi syarat keslingadalah Sekolah dengan skor hasil Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat Sekolah = 70 %
          1. Sarana Air Bersih (SAB) yang dinspeksi Sanitasiadalah  Sarana air bersih yang terdiri dari :
            1. Sarana Sumur Gali
            2. Sarana Sumur Pompa Tangan Dangkal/Dalam
            3. Sarana Perlindungan Mata Air / Sumur Artetis
            4. Sarana Terminal Air
            5. Sarana Sumur Gali Plus
            6. Sarana Hidran Umum.
            7. Sarana Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah Air bersih yang telah dilakukan pemeriksaan secara fisik, bakteriologi dan kimiawi.
            8. Sarana Air Bersih (SAB) yang mempunyai Risiko
    NO
    SARANA
    SKOR RESIKO PENCEMARAN
    Rendah
    Sedang
    Tinggi
    Amat Tinggi
    1.  
    Sumur Gali
    0 – 2
    3 – 5
    6 – 8
    9 – 10
    1.  
    SPT Dangkal / Dalam
    0 – 2
    3 – 5
    6 – 7
    8
    1.  
    Penampungan Air Hujan
    0 – 2
    3 – 5
    6 – 8
    9 – 10
    1.  
    Perlindungan Mata Air/ Sumur Artetis
    0 – 2
    3 – 4
    5 – 6
    7 – 8
    1.  
    Terminal Air
    0 – 2
    3 – 5
    6 – 8
    9 – 10
    1.  
    Sumur Gali Plus
    0 – 2
    3 – 5
    6 – 8
    9 – 10
    1.  
    Hidran Umum
    0 – 2
    3 – 5
    6 – 8
    9 – 10















    1. Sampel Air yang diperiksa secara Kimia adalah  Sampel air bersih yang diperiksa secara kimia organik, non organik sesuai dengan Per-Menkes RI    No. 416/1990.
    2. Sampel air secara Kimia memenuhi syarat kesehatan adalah  Sampel air bersih yang diperiksa secara kimia organik, non organik sesuai Per-Menkes RI No. 416 / 1990 dari parameter yang diperiksa (pemeriksaan lengkap / pemeriksaan singkat) hasilnya memenuhi syarat semuanya.
    3. Sampel Air yang diperiksa secara Bakteriologi adalah  Sampel air bersih yang diperiksa secara bakteriologi sesuai dengan Per-menkes RI No. 416/1990.
    4. Sampel air secara Bakteriologis memenuhi syarat kesehatan adalah  Sampel air bersih yang diperiksa secara bakteriologi sesuai Per-Menkes RI No. 416/1990 untuk parameter total coliform (air perpipaan) :  0 mg/l;  Non perpipaan = < 50 mg/l.
    5. Jamban Keluarga  (Jaga) yang diperiksa adalah  SPAL dengan Skor hasil Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat SPAL = 70 %.
    p  Jamban Keluarga adalah suatu banguan yang dipergunakan untuk membuang tinja / kotoran manusia bagi keluarga yang lazim disebut kakus / WC, jenis jaga yang dimaksud adalah jamban leher angsa yang dilengkapi dengan septic tank atau sarana yang lain.
    1. Jamban Keluarga (Jaga)  yang memenuhi syarat kesehatan adalah
    No.
    Sarana
    Skor Resiko Pencemaran
    Memenuhi Syarat
    Rendah
    Sedang
    Buruk
    1.
    J a g a
    0 – 3
    4 – 7
    8 – 11
    0 – 3
    1. TPS  yang diperiksa adalah Tempat pembuangan sampah dapat berupa bangunan permanen (bak beton) maupun bak yang mudah diangkat oleh truk kontener, maupun hanya berupa lokasi tempat berkumpulnya gerobak sebelum sampah diangkut oleh truk.
    2. TPS  yang memenuhi syarat kesehatan adalah
    No.
    Sarana
    Skor Resiko Pencemaran
    Memenuhi Syarat
    Rendah
    Sedang
    Buruk
    1.
    T P S
    1 – 18
    19 – 59
    60 – 124
    1 – 18
    1. TPS memiliki jarak > 15 meter dari sumur terdekat
    2. TPS yang tidak berbau dari rumah terdekat
    3. TPS yang indeks lalatnya < 6 ekor blok grill.
    4. TPA  yang diperiksa adalah Upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu yang disebut Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA).
    5. TPA  yang memenuhi syarat kesehatan adalah
    No.
    Sarana
    Skor Resiko Pencemaran
    Memenuhi Syarat
    Rendah
    Sedang
    Buruk
    1.
    T P S
    1 – 18
    19 – 59
    60 – 124
    1 – 18
    1. Jasaboga  yang diperiksa adalah  Perusahaan atau perorangan yang melakukan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atau dasar pemesanan.
    2. Jasaboga  yang memenuhi syarat kesehatan adalah
    No.
    Gol
    Skor Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat
    Minimal
    Maksimal
    Memenuhi Syarat
    Keterangan
    1
    A 1
    65  %
    70  %
    70  %
    100  porsi
    2
    A 2
    70  %
    74  %
    70  %
    100 – 50 porsi
    3
    A 3
    74  %
    83  %
    70  %
    >  500 porsi
    4
    B
    83  %
    92  %
    70  %
    Khusus
    5
    C
    92  %
    100  %
    70  %
    Bandara
    1. Desa Pengrajin Makanan  yang diperiksa adalah  Desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pengrajin makanan.
    2. Desa Pengrajin Makanan yang memenuhi syarat kesehatan adalah Desa pengrajin dengan Skor hasil Inspeksi Sanitasi / Laik Sehat Desa Pengrajin Makanan = 70  %.

    1. J.       G I Z I

    1
    Desa / Kelurahan Endemis Yodium adalah Desa/Kelurahan yang sebagian besar penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok, dengan klasifikasi sebagai berikut :
    • Daerah GAKY Berat, bila TGR  > 30 %
    • Daerah GAKY Sedang, bila TGR   20 – 29 %
    • Daerah GAKY Ringan, bila TGR  5 – 19,9%
    • Daerah Non Endemic, bila TGR  <  5 %
    2
    Penduduk yang menderita GAKY adalah penduduk yang menderita akibat kekurangan unsure Yodium pada tumbuh kembang manusia secara terus menerus
    3
    Desa / Kelurahan disurvei Garam Beryodium ; Cukup jelas
    4
    Desa / Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik
    Garam Beryodium adalah Garam konsumsi yang komponen utamanya Natrium Chorida (NaCL) dan mengandung senyawa Yodium melalui proses Yodisasi serta memenuhi SNI Nomor : 01-3556-1994


    1. K.      KEGIATAN LABORATORIUM
      1. Pemeriksaaan Specimen  Darah adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen darah, meliputi jenis-jenis pemeriksaan, hitunf eritrosit, hirung lekosit, hitung jenis lekosit, laju endapan darah, golongan darah, kadar HB dan malaria.
      2. Pemeriksaaan Specimen  Air Seni (Urine) adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen air seni / urine, meliputi jenis-jenis pemeriksaan ; makroskopi (warna,kejernihan), berat jenis,PH,sedimen, protein, bilirubin, glukosa/reduksi dan tes kehamilan.
      3. Pemeriksaaan Specimen  Tinja adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen tinja, meliputi jenis-jenis pemeriksaan; makroskopis (warna, bau, konsistensi, darah, lendir, cacing dewasa), mikroskopi (epitel, eritrosit, lekosit, sisa makanan), telur/larva, cacing, amuba.
      4. Pemeriksaaan Specimen  Lain-lain adalah jumlah pemeriksaan yang dilakukan terhadap specimen lain-lain, meliputi jenis-jenis pemeriksaan ; TBC (sputum dahak), GO (apus vagina, apus uretra, secret prostat), kusta, jamur permukaan (kerokan kulit, kuku, rambut), trichomonas/candida.


    1. L.       KEGIATAN TRANFUSI DARAH
      1. Pasien yang di Transfusi Darah adalah Jumlah pasien/ penderita yang mendapatkan tranfusi darah selama satu bulan yang bersangkutan
    p  Obstetrik/Kebidanan, adalah jumlah pasien obstetrik/kebidanan yang mendapatkan transfusi darah
    p  Cidera (injury),  adalah adalah jumlah pasien Cidera (injury)  yang mendapatkan transfusi darah
    p  Pasien lain-lainnya    adalah jumlah pasien Pasien lain-lainnya yang mendapatkan transfusi darah

    1. 5.       LAPORAN  SUMBER DAYA PUSKESMAS (LSD-1)

    1.  
    Luas Wilayah adalah informasi mengenai berapa luas wilayah kerja Puskesmas yang dinyatakan dalam satuan kilo meter persegi (km2).
    1.  
    Desa/Kelurahan adalah informasi mengenai jumlah desa,  kelurahan, dan nagari yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
    1.  
    Desa/Kelurahan di Perbatasan Kab/Kota/Prov Lain; cukup jelas
    1.  
    Desa/Kelurahan Tertinggal / Terpencil adalah Daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi dan social budaya.
    Penyebaran penduduk yang tidak merata dan terisolasi, jsarana dan prasarana transportasi yang terbatas, jarak dengan rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya jauh dan adanya kesulitan dalam hal menarik serta merekrut tenaga kesehatan, secara sosial diakibatkan permasalahan kemiskinan.
    1.  
    Desa yang mempunyai Bidan Desa; cukup jelas
    Bidan di desa yaitu jumlah bidan yang dimiliki Puskesmas yang bersangkutan yang bertugas di desa-desa wilayah kerja Puskesmas tersebut.
    Bidan di desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di desa dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas secara umum, mempunyai wilayah kerja satu atau dua desa. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kompetensi dan sumber daya yang dimiliki, terutama pertolongan persalinan, kesehatan ibu dan dan anak dan membina peran serta masyarakat dalam 5 program terpadu Posyandu yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi, pencegahan dan penanggulangan penyakit termasuk penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
    1.  
    Kepala Keluarga/Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan satu dapur adalah bahwa pembiayaan keperluan jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama.
    1.  
    Rumah  yang ada; cukup jelas
    1.  
    Jumlah Penduduk ; cukup jelas
    1.  
    Penduduk Laki-laki; cukup jelas
    1.  
    Penduduk Perempuan; cukup jelas
    1.  
    Keluarga Miskin adalah kelompok keluarga yang dikategorikan miskin atau sangat miskin. pengelompokan ini didasarkan atas pendapatan keluarga dimaksud dalam sebulan. menurut badan pusat statistik (bps),
    1.  
    Penduduk Keluarga Miskin adalah Anggota keluarga yang ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Batas kecukupan pangan dihitung dari besarnya rupaih yang dikeluarkan untuk makanan yang memenuhi kebutuhan minimum energi 2100 kalori perkapita perhari. (BPS)
    1.  
    Bayi   ( 0 – < 1 thn) adalah anak berumur 0 – 12 bulan 
    1.  
    Bayi 6 bulan adalah anak berumur 6 bulan
    1.  
    Anak Balita  ( 1 – 5 thn) ; cukup jelas
    1.  
    Neonatal  ( 0 – 28 hari) ; cukup jelas
    1.  
    Batita  ( 0 – < 3 thn) adalah anak berumur 0 – 35 tahun
    1.  
    Balita ( 0 – < 5  thn ) adalah anak yang berumur 0 – 59 bulan
    1.  
    Ibu Bersalin; cukup jelas
    1.  
    Penduduk Wanita Usia Subur (WUS)-(15 – < 49  thn) ; cukup jelas
    1.  
    Penduduk Produktif  ( 15 – 64 thn ) ; cukup jelas
    1.  
    Penduduk Usia Remaja ( 10 – 19 thn ) ; cukup jelas
    1.  
    Anak Pra Sekolah (4 – 5 tahun) / TK, RA; cukup jelas
    1.  
    Anak Sekolah SD Kelas 1  (6 – 7 tahun) / SD, MI; cukup jelas
    1.  
    Anak Sekolah (6 – 12 tahun) / SD, MI; cukup jelas
    1.  
    Remaja (12 – 15 tahun) / SMP; cukup jelas
    1.  
    Remaja (15 – 19 tahun) / SMA; cukup jelas
    1.  
    Pasangan Usia Subur (PUS) adalah Pasangan yang isterinya berumur antara 15-45 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang isterinya berumur lebih dari 49 tahun tetapi masih tetap mendapatkan menstruasi
    1.  
    Wanita Usia Subur (WUS) adalah Wanita dalam usia reproduktif yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum menikah.
    1.  
    Lansia :

    a. Lansia umur 45 – 59 tahun; cukup jelas

    b. Lansia umur 60 – 69 tahun; cukup jelas

    c. Lansia umur > 70 tahun; cukup jelas
    1.  
    Jenis Puskesmas adalah keterangan mengenai jenis dari Puskesmas dimaksud apakah Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Non Perawatan atau lainnya berdasarkan SK Bupati atau SK Wakilkota.
    1.  
    Puskesmas Pembantu yaitu informasi mengenai jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu) yang dimiliki Puskesmas yang bersangkutan.
    Pustu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.
    1.  
    Puskesmas Pembantu PHBS adalah jumlah Puskesmas Pembantu yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 15 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
    1.  
    Puskesmas Keliling
    1.  
    Tempat Tidur Puksesmas DTP
    1.  
    Puskesmas dengan fasilitas eye center
    1.  
    Praktek Dokter Umum
    1.  
    Praktek Dokter Spesialis
    1.  
    Praktek Dokter Gigi
    1.  
    Praktek Gigi Spesialis
    1.  
    Praktek Bidan
    1.  
    Rumah Bersalin
    1.  
    B K I A
    1.  
    Balai  Pengobatan
    1.  
    Balai Keluarga Berencana
    1.  
    Balai Kesehatan Imunisasi
    1.  
    Balai Kesehatan Umum
    1.  
    Balai Kesehatan Mata adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kesehatan atau Dinas Kesehatan Provinsi / Kab / Kota yang menyelenggarakan  upaya kesehatan mata untuk mengatasi masalah kesehatan mata masyarakat secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu wilayah kerja. 
    1.  
    Balai Kesehatan Gigi
    1.  
    Laboratorium adalah Sarana Pemeriksaan penunjang diagnostik penyakit yang diwilayah Puskesmas baik Pemda maupun Swasta
    1.  
    Optikal adalah sarana kesehatan tempat  praktek Refraksionis Optisien
    1.  
    Apotik adalah Tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat
    1.  
    Toko Obat
    1.  
    Sarana Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan
    1.  
    Obat/Narkotika
    1.  
    Industri Rumah Tangga Makanan
    1.  
    Sub. / Cabang Penyalur Alkes
    1.  
    Desa di Wilayah Kerja Puskesmas yang sulit terjangkau
    1.  
    Sarana Penyediaan Air Bersih Utama untuk Puskesmas
    1.  
    Kemampuan 21 Pemeriksaan Laboratorium minimal
    1.  
    Pelayanan yang diberikan

    a.  Pengobatan

    b.  K I A

    c.  K B

    d.  P 2 M

    e.  Hygiene / Sanitasi / Kesling

    f.  Penyuluhan Kes. Masyarakat/Promkes

    g.  Pencatatan Pelaporan

    h.  Perawatan Kes. Masyarakat

    I.  Peningkatan Gizi

    j.   Kesehatan sekolah

    k.  Kesehatan Gigi

    l.  Kesehatan Jiwa

    m.  Kesehatan Mata

    n.  Kesehatan Kerja

    o.  Kesehatan Olah Raga

    q.  Kesehatan Telinga

    r.  Pelayanan Rawat Inap

    s.  Laboratorium Sederhana

    t.  Kesehatan Tradisional

    u.  Poned

    v.  PKRE

    w.  Kegawatdaruratan

    x.  Pelayanan HIV/AIDS

    y. Yankes Remaja ( PKPR )

    xx. Puskesmas Santun Lansia
    1.  
    Keluarga (KK) yang menggunakan Jamban Keluarga
    1.  
    Keluarga (KK) yang menggunakan Tempat Sampah
    1.  
    Keluarga (KK) yang menggunakan Air Limbah
    1.  
    Sarana Air Bersih yang ada

    a. Ledeng

    b. Sumur Gali

    c. Sumur Pompa (SPT)

    d. PMA

    e. PAH

    f. Lain – lain
    1.  
    Penduduk yang menggunakan Sarana  Air Bersih

    a. Ledeng

    b. Sumur Gali

    c. Sumur Pompa (SPT)

    d. PMA

    e. PAH

    f. Lain-lain
    1.  
    TP 3  yang ada
    1.  
    TPM  yang ada
    1.  
    TTU  yang ada
    1.  
    TPS  yang ada
    1.  
    TPA  yang ada
    1.  
    SPAL  yang ada
    1.  
    SD/ Sederajat yang ada

    a. Jumlah murid

    b. SD / MI  yang dilayani  UKS

    c. Murid Yang diperiksa UKGS

    d. Murid yang mendapatkan perawatan (UKGS)

    e. SD/MI dengan Dokter Kecil

    f.  Dokter Kecil Sekolah  di  SD / MI

    g. Kader UKS di  SD / MI
    1.  
    SMP / MTs  yang ada
    1.  
    SMP / MTs  yang dilayani  UKS
    1.  
    SMA / MTs  yang ada
    1.  
    SMA / MTs  yang dilayani  UKS
    1.  
    Kader Kesehatan Sekolah  di  SD / MI
    1.  
    Sekolah yang ada Tim Pelaksana UKS
    1.  
    SD/MI dengan Sikat Gigi Masal minimal 8 kali setahun
    1.  
    Murid SD UKGS
    1.  
    MCK yang ada di sekolah
    1.  
    Sekolah yang melaksanakan Dana Sehat/JPKM
    1.  
    Pondok Pesantren (Poskestren)
    1.  
    Santri Husada
    1.  
    Pontren dengan Poskestren
    1.  
    Pontren dengan Dana Sehat
    1.  
    Jumlah Santri Husada
    1.  
    Posyandu yang ada yaitu jumlah pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan.
    Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini.

    a. Pratama  adalah Jumlah kader kurang dari 5, penimbangan kurang dari 8 kali

    b. Madya adalah Jumlah kader 15 orang, penimbangan lebih dari 8. cakupan        <  50%

    c. Purnama adalah Ada program tambahan di Posyandu

    d. Mandiri adalah Adanya tambahan dana sehat
    1.  
    Posyandu  dengan  UKGMD
    1.  
    Kader yang ada
    1.  
    Kader Aktif
    1.  
    Kader Terlatih
    1.  
    Dukun Bayi yang yang ada
    1.  
    Dukun Bayi yang terlatih
    1.  
    Tenaga Pengobatan Tradisional yang ada
    1.  
    Tenaga Penyuluhan Kesehatan Jiwa
    1.  
    Pondok Bersalin (Polindes) yaitu informasi mengenai jumlah pondok bersalin desa (Polindes) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan.
    Polindes adalah bangunan yang dibangun dengan bantuan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal Bidan di desa. Di samping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan antenatal dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompentensi teknis bidan tersebut.
    1.  
    Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yaitu informasi mengenai jumlah pos kesehatan desa yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan.
    Pos Kesehatan Desa adalah wujud upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dibentuk oleh, untuk dan bersama masyarakat setempat atas dasar musyawarah, dengan bantuan dari tenaga profesional kesehatan dan dukungan sektor terkait termasuk swasta dalam kerangka desa siaga demi terwujudnya desa sehat. Kesehatan yang dilaksanakan adalah pelayanan kesehatan dasar, mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dipadukan dengan upaya kesehatan lain yang berwawasan kesehatan dan berbasis masyarakat setempat. Kegiatan tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh unsur-unsur tenaga, sarana, prasarana dan biaya yang dihimpun dari masyarakat, swasta, pemerintah
    1.  
    Pos Obat Desa (POD) yaitu informasi mengenai jumlah pos obat desa (POD) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan.
    Pos obat desa adalah wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana terutama bagi pengobatan sederhana, terutama bagi penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat
    1.  
    Tanaman Obat Keluarga (Toga)
    1.  
    Wahana Pelayanan Kesehatan dasar
    1.  
    Keluarga yang Sadar Gizi (Kadarzi)
    1.  
    Posbindu yang ada

    a. Pratama

    b. Madya

    c. Purnama

    d. Mandiri
    1.  
    Panti Wreda yang ada
    1.  
    Kader Lansia yang ada
    1.  
    Kelompok Lansia / Paguyuban / Posbindu yang ada
    1.  
    Desa Siaga / Kelurahan Siaga adalah Desa/Kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapansumber daya dan kemampuan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
    Ada  8 Indikator Desa Siaga yaitu :
    I n d i k a t o r
    Strata Pratama
    Strata Madya
    Strata Utama
    1. Adanya Forum Masyarakat Desa
    V
    V
    V
    1. Adanya Sarana/fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan system rujukan
    V
    V
    V
    1. Adanya UKBM Siaga Maternal dan Posyandu yang dikembangkan
    V
    V
    V
    1. Adanya Sistem Pengamatan Penyakit dan Faktor Resiko berbasis Masyarakat (Surveilans erbasis masyarakat)
    V
    V
    V
    1. Adanya Sistem Kesiapsiagaan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat

    V*
    V
    1. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya lingkungan sehat

    V*
    V
    1. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya PHBS

    V*
    V
    1. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya Kadarzi

    V*
    V
    Keterangan :
    ¨      Strata Pratama    : Bila memenuhi 4 indikator nominal (indikator 1 s/d 4)
    ¨      Strata Madya       : Bila memenuhi 4 indikator minimal dan 2 indikator tambahan (*)
    ¨      Strata Utama       : Bila memenuhi 8 indikator ( indikator 1 s/d 8 )
    1.  
    Desa Siaga / Kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar,  penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan,  surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
    Cakupan Desa Siaga Aktif :
    Rumus perhitungan adalah :
    Jumlah Desa Siaga Yang Aktif
    X 100%
    Jumlah Desa Siaga yang dibentuk

    1.  
    Tokoh Masyarakat desa
    1.  
    Toma / Kader yang dilatih Desa Siaga
    1.  
    Toma/kader Desa Siaga aktif
    1.  
    Fasilitator Desa Siaga
    1.  
    Mitra Jejaring Promkes
    1.  
    Desa dengan Dana Sehat
    1.  
    Badan Penyelenggaraan Dana Sehat
    1.  
    Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yaitu informasi mengenai jumlah pos usaha kesehatan kerja (UKK) yang menjadi binaan Puskesmas yang bersangkutan.
    Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur, dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama.
    1.  
    Pekerja formal
    1.  
    Pekerja Formal yang mendapat pelayan kesehatan
    1.  
    Pekerja informal
    1.  
    Pekerja informal yang mendapat pelayanan kesehatan
    1.  
    Perusahaan formal
    1.  
    Perusahaan formal yang memiliki klinik kesehatan
    1.  
    Pos Saka Bhakti Husada
    1.  
    Kwartir ranting
    1.  
    Kwaran dengan Saka Bhakti Husada
    1.  
    Jumlah Anggota Saka Bhakti Husada
    1.  
    Rumah tangga PHBS adalah Jumlah Rumah Tangga yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 10 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas .
    1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
    2. Memberi bayi ASI Eklusif
    3. Menimbang Bayi dan Balita
    4. Menggunakan Air Bersih
    5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
    6. Menggunakan Jamban Sehat
    7. Memberantas Jentik di rumah
    8. Makan buah dan sayura setiap hari
    9. Melakukan Aktifitas fisik setiap hari
    10. Tidak merokok di dalam rumah

    1.  
    Tempat Tempat Umum PHBS adalah Jumlah Tempat – tempat Umum yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 15 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
    1.  
    Kantor/Instansi PHBS adalah Jumlah Kantor / Instansi yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 18 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
    1.  
    Kantor/Intitusi Pelayanan Kesehatan PHBS adalah Jumlah Kantor / Instansipelayanan kesehatan yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 18 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
    1.  
    Tempat Ibadah PHBS  jumlah Tempat Ibadah yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 8 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
    1.  
    Sekolah PHBS adalah jumlah Sekolah yang melaksanakan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai pendekatan tatanan institusi kesehatan (terdapat 18 variabel perilaku yang menjadi indicator PHBS), serta aktif didalam peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
    1.  
    Terminal PBHS
    1.  
    Desa yang mencapai UCI
    1.  
    Desa/Kelurahan Endemis DBD
    1.  
    Desa/Kelurahan Sporadis DBD
    1.  
    Kecamatan yang mencapai UCI
    1.  
    Hotel; cukup jelas
    1.  
    Restoran; cukup jelas
    1.  
    Rumah Makan; cukup jelas
    1.  
    Pasar; cukup jelas
    1.  
    Jasa Boga; cukup jelas
    1.  
    Industri Makanan; cukup jelas
    1.  
    Pengrajin Makanan; cukup jelas
    1.  
    Kantin/Warung Makan; cukup jelas
    1.  
    Toko Makanan; cukup jelas
    1.  
    Pedagang Keliling; cukup jelas
    1.  
    Kolam Renang/Pemandian Umum; cukup jelas
    1.  
    Perkantoran/Balai Desa; cukup jelas
    1.  
    Terminal; cukup jelas
    1.  
    Industri yang ada; cukup jelas













    BAB VI
    PENUTUP


    Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) dapat bermanfaat apabila semua pihak menyadari bahwa kebutuhan akan data dan informasi untuk penyusunan, pengawasan/pengendalian dalam melaksanakan, serta penilaian suatu program kesehatan hendaknya tepat guna, tepat waktu dan dapat dipercaya.
    Kualitas data dan informasi tersebut sangat erat hubungannya dengan standarisasi pengertian tentang data yang ada dan data yang dikumpulkan serta dilaporkan
    Betapapun, pedoman ini diakui masih banyak kekurangan dan masih memerlukan penjelasan yang lebih mendalam mengenai berbagai aspek pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, namun demikian diharapkan pedoman ini dapat diterjemahkan dengan persepsi yang sama dan dapat memberikan gambaran yang jelas dan mengurai salah penafsiran baik oleh pengguna data dan informasi maupun Puskesmas sebagai sumber data, sehingga dapat dijadikan acuan yang baik dalam pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas di Provinsi Jawa Barat
    Di sini, peran dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pengorganisasian pelaksanaan pendataan Puskesmas menjadi sangat strategis. Demikian pula — sebagai landasan pijak — koordinasi dan komitmen para stakeholder di pusat dan daerah merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pendataan Puskesmas.